Selasa, 19 Maret 2019

Ridwan Kamil: Kopi, Satu-satunya Komoditas "Tak Bermasalah"

Mitrapolisi.co.id/
BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengungkapkan kopi adalah satu-satunya komoditas yang tidak pernah "bermasalah" di dunia. Untuk itu, Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil akan terus mendorong komoditas ini, salah satunya dengan memindahkan kantor perwakilan dagang yang biasanya bertempat di daerah elit menjadi di kafe kopi.

"Yang tidak masalah di seluruh dunia cuma satu komoditi, namanya kopi. Mau di Skandinavia, di Afrika, ataupun Australia yang namanya kopi itu sama. Makanya diberi nama diplomasi kopi, sebagai pintu menjual lain-lain yang laku sesuai di daerahnya," kata Emil usai meresmikan acara HAKORNAS 2019 di Gedung Sate Bandung, Selasa (19/03/19).

"Jadi saya menyampaikan ada sebuah gagasan karena Kementerian Perdagangan ini punya perwakilan dagang di tiap negara, tapi ngantornya itu ada di kantor-kantor yang elite, di daerah yang mewah," tambahnya.

Nantinya, perwakilan dagang tersebut akan berkantor di kafe kopi Jawa Barat, yang mungkin akan dinamai kafe 'Jabarano'.

Menurut Emil, konsep ini dibuat untuk mempermudah proses transaksi karena pembeli dapat melihat langsung produk yang dijual di kafe tersebut.

"Dengan konsep itu artinya orang akan bertransaksi dagang tapi nantinya dapat melihat langsung produk-produk yang layak dijual di daerah atau negara tersebut. Pak Menteri bersedia karena selama ini konsepnya terlalu formal, jadi nanti akan lebih mengikuti pasar," ungkapnya.


Permudah Ekspor Produk UMKM
Selain itu, sebagai tindak lanjut dari kunjungannya ke beberapa negara Timur Tengah dan Afrika beberapa waktu lalu, Emil mengatakan akan mempermudah proses ekspor produk UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) dengan cara melakukan perdagangan langsung.

"Beliau (Menteri Perdagangan) mendukung perdagangan langsung dengan Tim Dubai yang saya bawa sehingga ekspor produk UMKM tidak banyak halangan karena yang akan datang ke Jawa Barat ini pembeli yang juga punya toko atau mall di negaranya," ujar Emil.

Ini dilakukan, karena sering kali pelaku usaha kebingungan tentang prosedur ekspor produk. Sehingga Emil yakin dengan pola ini akan mengurangi 'ribetnya' proses ekspor ke luar negeri, seperti memikirkan terkait prosedur ekspor, dari mulai harus melalui bank ekspor mana, prosedurnya melalui Pelabuhan mana, hingga kaitan tentang ditipu atau tidak karena minimnya informasi dan relasi.

"Ini sering terjadi, nah ini polanya saya ubah. Pembelinya saya bawa ke Indonesia, dia saya suruh beresin ekspornya dan urusan di negaranya. Sehingga orang Jawa Barat tinggal menjual ke pihak-pihak yang sudah dikurasi oleh kami dengan sebanyak-banyaknya," katanya.