Mitrapolisi/
KAB. SUMEDANG –
Kekerasan dalam rumah tangga, pengalihan pengasuhan, anak terjebak narkoba dan
pornografi, hingga human trafficking merupakan sebagian dari banyaknya
permasalahan sosial yang disebabkan dari kerentanan keluarga. Besarnya dampak
sosial yang bisa saja terjadi pada masyarakat menunjukkan pentingnya komitmen
dalam membangun keluarga harmonis.
Ketua Pusat Pelayanan
Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat Netty
Prasetiyani Heryawan menuturkan, salah satu langkah awal mewujudkan
keharmonisan keluarga yang memiliki imunitas, hendaknya pasangan suami istri
(pasutri) merenungkan tiga pertanyaan ini.
Pertama, ‘mengapa saya
menikah?’. Sebagian akan menjawab ‘menjalankan sunnah Rasul, sebagai bentuk
ibadah’, ‘untuk mendapatkan keturunan’, dan sebagainya. Namun kata Netty, masih
banyak pasutri yang menjawab ‘tidak punya pilihan lain, karena terdesak usia’,
‘karena sudah hamil diluar nikah’, bahkan ‘karena orangtua memiliki hutang’.
“Bayangkan keluarga
seperti apa yang akan terbangun jika sejak awal konsep pernikahannya seperti
itu,” ucap Netty saat menjadi pembicara tunggal pada Rapat Koordinasi Program
Motivator Ketahanan Keluarga (Motekar) Tahun 2018, di Hotel Puri Khatulistiwa
Jl. Raya Jatinangor KM 20, Senin (12/03).
Pertanyaan kedua ialah
‘mengapa saya memilih dia sebagai pasangan hidup?’. Survey langsung Netty pada
peserta rakor menyebutkan, sebagian besar pasutri menjawab ‘karena dia
cantik/tampan’. Faktor fisik masih mendominasi keputusan seseorang untuk
memilih pasangan, sehingga secara psikis mereka belum sepenuhnya mencintai.
Bahkan pada beberapa kasus terdapat faktor paksaan, seperti perjodohan
keluarga, dan sebagainya.
“Yang terpenting
adalah kemampuan untuk mencintai tanpa batas. Kalau milihnya karena dia good
looking, nanti kalau sudah ada kemajuan dan pelebaran (perubahan fisik)
gimana?” ujarnya.
Terakhir, pertanyaan
yang harus diajukan pada tiap pasutri yakni ‘bagaimana saya menyampaikan rasa
cinta saya pada pasangan?’. Seringkali, kata Netty, pasangan malah saling
mengandalkan satu sama lain untuk menyatakan terlebih dahulu. Rasa enggan untuk
mengungkapkan rasa sayang terlebih dahulu akan menciptakan jarak, bahkan boleh
jadi mengundang kesalahpahaman yang berlanjut-lanjut.
“Jangan saling
menunggu!” pungkas Netty. “Mengungkapkan sayang duluan bisa memberikan kesan
terbuka pada pasangan, dan menjadikan komunikasi lebih lancar. Tidak akan ada
kesalahpahaman, jadi tidak akan ada piring terbang dirumah,” lanjutnya.
Menurut Netty,
merupakan tugas Motekar untuk mensosialisasikan konsep keluarga harmonis
tersebut. Selain itu, Motekar juga harus menjadi teladan dan memberikan contoh
bentuk keluarga ideal pada masyarakat. Karenanya, Netty sarankan agar Motekar
yang diasah adalah anggota masyarakat terpilih yang sudah menikah dan memiliki
anak, sehingga bisa memposisikan dirinya pada keluarga yang bermasalah di
tengah masyarakat.
Rasa empati juga
menjadi poin penting yang wajib dimiliki setiap Motekar. Dan rasa empati
tersebut, menurut Netty, lebih mudah ditemukan pada individu yang sudah
berkeluarga. “Bagaimana Motekar bisa paham masalah di rumah tangga jika dirinya
sendiri belum merasakan kehidupan menikah dan punya anak?” pungkas Netty.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar