Jumat, 11 Januari 2019

Jabar-Korea Akan Kerjasama Buat Sekolah Kopi Internasional

Mitrapolisi/
BANDUNG – Pemda Provinsi Jawa Barat mendorong promosi kopi sekaligus pariwisata Jawa Barat agar semakin mendunia melalui Sekolah Kopi Internasional. Jawa Barat akan bekerjasama dengan Korea untuk mendirikan sekolah kopi ini.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, sekolah ini akan berdiri di daerah pegunungan Jawa Barat. Karena di samping memberikan edukasi tentang kopi, melalui sekolah kopi ini diharapkan bisa menjadi sarana promosi keindahan alam Jawa Barat kepada dunia.

“Ada dua yang mau dikawinkan, yaitu promosi kopi Jawa Barat ke dunia dan promosi pariwisata,” ujar Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil saat ditemui usai melakukan pertemuan dengan Mr. Dong Cheol Yoon, Presiden Universitas Sung Kyul dari Korea Selatan yang juga perwakilan International Coffee Association di Gedung Pakuan, Jl. Otto Iskandardinata No. 1, Kota Bandung, Jumat (11/1/19).

“Salah satu yang paling siap adalah sekolah internasional kopi dengan networking dari Korea. Karena orang Korea ini penggila kopi Asia yang indeksnya salah satu yang paling tinggi,” lanjutnya.

Pemda Provinsi Jawa Barat akan mencari tiga lokasi pegunungan dengan pemandangan alam menarik sebagai lokasi sekolah ini. Emil berharap melalui sekolah kopi ini akan meningkatkan kualitas kopi Jabar sekaligus mendorong ekonomi masyarakat.

“Mudah-mudahan ini akan memperkuat kualitas perkopian kita. Jadi, ekonomi maju, brand kopi maju, pariwisata maju, dan Korea ternyata yang paling dulu, sehingga mudah-mudahan dalam enam bulan kita bisa resmikan sekolah kopi itu,” harap Emil.

Menurut Emil, apabila kopi Jawa Barat mendapat semakin banyak apresiasi dari dunia secara tidak langsung hal itu akan menjadi sarana promosi. Dengan begitu produksi kopi asli Jawa Barat akan meningkat.

“Sehingga nanti orderan kopi semakin banyak dan pengetahuan kopi lokal juga semakin bagus, jadi kopinya semakin luar biasa,” ucap Emil.

Emil menambahkan, pihaknya sengaja mengajak Korea untuk mendirikan sekolah kopi ini di Jawa Barat. Dengan harapan di Korea akan ada gerai atau kafe khusus yang menjajakan kopi asal Jawa Barat.

“Saya izinkan membuat sekolah itu sambil ada kewajiban mereka membuat kafe di Korea Selatan dengan 100% kopi Jawa Barat. Kalau ini tercapai, Insyaallah promosi pariwisata dapat, pengetahuan dapat, dan lain sebagainya,” ungkapnya.

Sebagai salah satu negara yang memiliki pecinta kopi tertinggi di Asia, Korea memberikan kritik terhadap cita rasa kopi Jawa Barat. Kata Emil, menurut orang Korea petani kopi kita masih keliru dalam mencampur biji kopi yang sudah matang dengan biji kopi yang masih mentah. Hal ini menimbulkan rasa yang tidak seragam.

“Dari sisi waktu memetik sampai dijemur dan jadi green bean ternyata masih banyak kekeliruan, salah satunya yang ditemukan adalah petani masih memetik yang sudah matang dan tidak matang dicampur, sehingga rasanya tidak seragam. Ada enak di awal, kecut di akhir. Kira-kira begitu,” jelas Emil pada kesempatan yang sama.

“Tapi kalau dari (proses) green bean sampai roasting dan lain-lainnya itu dianggap sudah baik,” sambungnya.

Sementara itu, Kadin Jawa Barat melihat sekolah kopi ini akan menghadirkan wajah baru industri wisata Jawa Barat melalui kopi dengan target ekspor. Selain itu, Jawa Barat juga akan berpeluang menjadi pusat studi kopi sekaligus tempat wisata kopi.

“Dunia kalau mau tentang kopi yang enak itu akan ke sini (Jawa Barat). Jadi West Java itu become educational center for coffee through the tourism dengan target untuk meningkatkan ekspor kopi Jawa Barat,” ungkap pengurus Kadin Jawa Barat, Darningsih Rustiadji usai dirinya mendampingi Mr. Dong Cheol Yoon bertemu Emil.(ds)*