Mitrapolisi/ KOTA BANDUNG
- Sensus atau pendataan ekonomi 2016 untuk wilayah Jawa Barat resmi
dicanangkan. Pencanangan ini dilakukan langsung oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad
Heryawan (Aher) dalam Apel Siaga Sensus Ekonomi 2016 di Halaman Gedung Sate,
Jl. Diponegoro No. 22, Kota Bandung pada Minggu pagi (28/2/16).
Sensus
Ekonomi merupakan pendataan terhadap semua data ekonomi, baik yang berskala
ekokomi besar, sedang, kecil hingga mikro, termasuk di dalamnya jumlah tenaga
kerja yang diserap, output yang dihasilkan, upah buruh, dan sebagainya.
Dalam Pasal
8 Undang-Undang Statistik, sensus diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali
dalam 10 tahun oleh BPS, yang meliputi Sensus Penduduk, Sensus Pertanian, dan
Sensus Ekonomi. Sementara Sensus Ekonomi yang akan digelar tahun ini meruapakan
pelaksanaan yang ke-4 kalinya setelah sebelumnya pada tahun 1986, 1996, dan
2006.
Sensus yang
akan digelar pada bulan Mei ini akan melibatkan sekitar 66.981 orang pegawai lapangan baik dari BPS
serta pegawai lapangan dari mitra BPS. Namun, pengumpulan data awal serta
berbagai kegiatan persiapan lainnya seperti rapat koordinasi dan lainnya telah
dilakukan sejak tahun 2014 lalu dan Mei nanti akan dilakukan pendataan mulai
dari pendataan bangunan usaha. Sensus Ekonomi ini akan selesai pada tahun 2018
mendatang.
Gubernur
Jawa Barat Ahmad Heryawan dalam sambutannya mengungkapkan, bahwa sensus ekonomi
ini merupakan sensus paling kompleks dengan responden yang bervariasi. Hal ini
dikarenakan pelaksanaan sensus akan mencakup 19 sektor ekonomi, yang
diperkirakan akan melibatkan 28 juta pelaku usaha di 34 provinsi, 98 kota, 433
kabupaten, 6.989 kecamatan, dan 23.169 desa.
Diharapkan
Sensus Ekonomi ini mampu memberikan iformasi valid mengenai data kegiatan
ekonomi di Jawa Barat sebagai pondasi untuk membuat perencanaan dan kebijakaan
yang lebih terarah dan tepat sasaran, terlebih lagi saat ini Aher mengatakan
Indonesia telah memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean.
“Indonesia
telah resmi memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean. Indonesia dituntut untuk
meningkatkan produktivitas dan daya saing. Hal ini menjadi sebuah keniscayaan
agar Indonesia dapat merebut peluang atas keterbukaan arus barang, jasa, serta
modal yang berlaku antar-negara Asean, sehingga MEA dapat memberikan dampak
positif bagi perekonomian nasional. Demikian pula Jawa Barat harus mampu
merumuskan serta mengimplementasikan kebijakan yang tepat dalam rangka
penguatan daya saing para pelaku usaha, khususnya UMKM,” ungkap Aher dalam
sambutannya.
“Untuk itu,
sangat dibutuhkan informasi yang mampu menggambarkan secara lengkap, valid, dan
mutakhir tentang level, struktur, karakteristik, serta daya saing dari semua
skala usaha atau kegiatan ekonomi non-pertanian di Jawa Barat, sebagai pondasi
perencanaan yang lebih terarah dan kebijakan yang lebih tepat sasaran,” tambah
Aher.
Pada kesempatan
ini, Aher pun meminta kepada BPS untuk memperbaiki data kegiatan ekonomi di
Jawa Barat, seperti jumlah dunia usaha, produktivitas, jumlah tenaga kerja,
hingga kegiatan ekspor industri pengolahan nasional dimana 53%-nya ada di Jawa
Barat.
Dalam skala
nasional, kontributor terbesar untuk PDB nasional berasal dari sektor industri
pengolahan atau manufacturting industry yang mencapai 41% - 43%. Sementara 53%
industri pengolahan nasional ada di Jawa Barat - yang artinya separuh industri
pengolahan nasional berasal dari Jawa Barat.
“Tetapi
meskipun PDB Nasional kita berasal dari industri pengolahan atau 43 persennnya
dan separuh lebih manufacturing industry ada di Jawa Barat, tetapi ketika
diurus secara nasional Jawa Barat selalu berada di rangking ketiga setelah
Jakarta dan Jawa Timur,” tutur Aher.
“Saya
khawatir ada kesalahan, mudah-mudahan Pak Kepala BPS Jawa Barat bisa mengoreksi
kesalahan tersebut. Karena saya khawatir pabriknya, industrinya ada di
Karawang, ada di Bekasi tapi kantor pusatnya ada di Jalan Thamrin, Jalan
Sudirman (Jakarta), sehingga PPH badannya masuk di Jakarta, prosentase DAU
DAK-nya, penimbangannya masuk di Jakarta. Kemudian pada saat yang bersamaan
ketika diekspor – ekspornya tidak tercatat sebagai ekspor Jawa Barat namun
ekspornya Tanjung Priok yang ikut Jakarta. Saya khawatir seperti itu,” kata
Aher.
Apabila hal
tersebut terjadi akan berdampak luas pada catatan ekonomi di Jawa Barat.
Menurut Aher, apabila hitung-hitungan PDRB salah, maka hal tersebut akan
berdampak pula pada kesalahan hitung angka pendapatan per kapita, pertumbuhan
ekonomi, angka kemiskinan, hingga angka pengangguran di Jawa Barat.
Untuk itu,
Aher menghimbau kepada semua pihak baik instansi pemerintah, para pelaku
ekonomi, para akademisi, asosiasi, dan seluruh elemen masyarakat Jawa Barat
untuk membantu dan mengambil peran secara aktif sesuai dengan bidang tugasnya
masing-masing, demi suksesnya Sensus Ekonomi 2016 secara nasional, khususnya di
Jawa Barat. Ia pun menekankan bahwa kegiatan sensus tersebut tidak dipungut
biaya serta data yang disampaikan dijamin kerahasiaannya oleh Undang-Undang.
Turut hadir
pada apel siaga ini para Asisten Daerah di lingkungan Setda Provinsi Jawa
Barat, pimpinan OPD di lingkungan Pemprov Jawa Barat, Kepala BPS Jawa Barat,
para Kepala BPS Kabupaten/Kota se- Jawa Barat, Ketua Kadin Jawa Barat, para
pegawai serta pensiunan BPS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar