Jumat, 17 Agustus 2018

Jabar Bertekad Bangun Infrastruktur Besar-besaran

Mitrapolisi/
BANDUNG – Hari Ulang Tahun (HUT) ke-73 Republik Indonesia dan Hari Jadi ke-73 Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat tahun ini menjadi momentum bagi Provinsi Jawa Barat untuk membangun infrastruktur secara besar-besaran. Ini menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk terus mendorong percepatan kesejahteraan rakyat. 

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat Iwa Karniwa mengatakan, Jawa Barat bertekad untuk membangun infrastruktur secara besar-besaran. Ada berbagai macam proyek pembangunan infrastruktur yang tengah dilakukan di Jawa Barat.  

“Kita bertekad untuk meningkatkan infrastruktur pembangunan besar-besaran mendukung sepenuhnya Pemerintah Pusat,” ujar Iwa ditemui usai menjadi Pembina Upacara Peringatan HUT ke-73 Kemerdekaan RI Tingkat Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 di Halaman Depan Gedung Sate, Jl. Diponegoro No. 22, Kota Bandung, Jumat pagi (17/8/18). 

“Yang pertama adalah 16 jalan tol. Yang kedua, melanjutkan dan meningkatkan pembangunan Bandara Kertajati yang dirancang nomor kedua terbesar di Indonesia, bahkan dimungkinkan suatu saat nanti lebih besar dari (Bandara) Soekarno-Hatta,” lanjutnya. 


Proyek lainnya yaitu pembangunan Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang yang sudah mulai groundbreaking. Pelabuhan ini digadang-gadang menjadi pelabuhan peti kemas terbesar kedua setelah Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta. 


Sementara untuk pembangunan ketahanan pangan, agar Jawa Barat tetap menjadi lumbung padi nasional terus dilakukan pembangunan waduk atau bendungan. “Sekarang sedang membangun mendukung sepenuhnya Pemerintah Pusat adalah (pembangunan) enam waduk. Empat waduk yang sedang on going process,” kata Iwa. 


Iwa menyebutkan seperti pembangunan Waduk Leuwi Keris. Waduk yang terletak di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya ini untuk meningkatan produktifitas ketahanan pangan dan penyediaan air baku untuk wilayah Ciamis, Tasikmalaya, dan Banjar. Selain itu, ada waduk Sadawarna untuk wilayah Indramayu dan Subang.
  

“Lalu Waduk Ciawi untuk meningkatkan air baku dan pengendalian banjir, baik itu wilayah Bogor maupun juga lebih utama lagi Jakarta. Dan yang keempat adalah Waduk Sukamahi, ini juga dalam rangka pengendalian banjir sekaligus untuk mempertahankan ketahanan pangan di wilayah sana (Bogor) dan mengairi supaya sepanjang tahun sawah dan ladang kita itu mendapatkan air,” ungkap Iwa.  

“Sehingga diharapkan nanti indeks panen itu dari dua mengarah kepada tiga kali dalam setahun. Termasuk Waduk Matenggeng untuk wilayah Kuningan dan sebagian Cilacap,” imbuhnya. 


Iwa menambahkan, pembangunan infrastruktur lain seperti Kereta Api Cepat dari Jakarta sampai Tegal Luar diharapkan bisa dilakukan dengan lancar. Penetapan lokasi (penlok) pun sudah dilakukan dan secara fisik sudah mulai nampak.  

Moda transportasi antarkawasan juga terus digenjot pembangunannya melalui Rencana Induk Kereta Api. Kereta Api Cepat nantinya akan tersambung dengan LRT Bandung Raya yang memiliki delapan jalur.

“Sehingga diharapkan nanti Bandung-Tanjungsari bisa 15 sampai 20 menit. Apabila itu (moda transportasi) terintegrasi maka langkah berikutnya transportasi massal akan tersedia buat masyarakat,” tukas Iwa. 


“Dengan demikian tentu pengaturan mengenai angkot dan lain sebagainya termasuk (kendaraan) roda dua dimungkin untuk kita lakukan, sehingga kemungkinan nanti prediksi akan terjadi traffic jam di Bandung Raya tidak akan ada nantinya. Karena langkah-langkah antisipasi sudah kita siapkan,” sambungnya.   


Ini menjadi salah satu solusi moda transportasi antarkawasan terintegrasi yang bisa mengurangi high cost economy terkait logistik. Terlebih dengan adanya Perpres Nomor 45 Tahun 2018 tentang Tata Ruang Cekungan Bandung yang meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, dan sebagian Kabupaten Sumedang menjadi langkah monumental. 


“Karena dari sisi tata ruang sudah ada landasan hukumnya, sehingga walaupun tata ruang, tata wilayah kabupaten/kota (di Bandung Raya) belum (ada) bisa mengacu kepada perpres tersebut,” tutur Iwa. 


Progres pembangunan transportasi antarkawasan Bandung Raya sampat saat ini, Iwa menjelaskan sudah mencapai tahap pengajuan izin trase ke Kementerian Perhubungan RI. Proyek ini memerlukan anggaran cukup besar, sehingga tidak akan mengandalkan APBN dan APBD. Maka pola pembangunan yang akan dilakukan yaitu KPBU (Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha) atau investasi swasta. 


Moda transportasi terintegrasi Bandung Raya ini menjadi mimpi besar bagi Jawa Barat. Targetnya akan selesai pada 2025. “Kita sedang rancang terus, tetapi paling tidak di tahun 2025 ini sudah terbentuk indikator negara maju ada di Jawa Barat. Itu mimpi terbesar Jawa barat, sehingga kita bisa menyamai Kuala Lumpur dan Bangkok, bahkan bisa melampaui,” tegas Iwa.  


Sementara terkait pembangunan jalan tol, Iwa menyebut proyek tol seperti Tol Cisumdawu diharapkan bisa meningkatkan efektifitas Bandara Kertajati di Majalengka. Namun, tidak hanya itu tol ini juga diharapkan bisa meningkatkan arus barang dan orang dari Bandung-Cirebon dengan waktu tempuh maksimal satu jam atau bahkan Bandung-Kertajati bisa ditempuh dalam waktu 45 menit. 


Untuk mendukung upaya itu, kata Iwa, pihaknya telah mengalokasi anggaran hingga Rp 60 Miliar untuk pembebasan lahan akses jalan nontol, sementara pembangunan jalannya akan dilakukan Kementerian PUPR RI. 


“Ini langkah-langkah yang sedang terus kita lakukan. Sekarang sedang proses di Seksi Satu yaitu Cileunyi-Rancakalong, sedangkan Rancakalong-Sumedang untuk Seksi Dua Fase Satu itu sudah selesai, sekarang sudah mengacu pada Seksi Dua Fase Dua sampai ke Sumedang,” jelas Iwa.



Proyek Tol Bocimi juga tak luput dari percepatan pembangunan. Pemerintah Pusat telah melanjutkan pembangunan tol ini dari Sukabumi-Ciranjang dan Ciranjang-Padalarang. Sementara berdasarkan hasil studi, Iwa mengatakan Tol Cigatas (Cileunyi-Garut-Tasikmalaya) akan menjadi jalan tol sepanjang 185 km mulai dari Gedebage-Majalaya-Garut-Tasikmalaya-Ciamis-Banjar-Cilacap. 


“Tidak kalah pentingnya adalah wacana yang memang baru, mulai digagas 2015 lalu dirancang mengenai FS (feasibility study) 2016 dan FS-nya selesai 2017. Untuk hasil studi bukan Cileunyi-Garut-Tasikmalaya tetapi menjadi Gedebage-Majalaya-Garut-Tasik-Tasik-Ciamis-Banjar hingga Cilacap sepajang 185 km,” papar Iwa. 


“Ini langkah besar-besaran momentum Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-73 dan juga Ulang Tahun Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang ke-73 yang jatuhnya pada tanggal 19 Agustus 2018,” katanya.
  

Berbagai pembangunan infrastruktur fisik tersebut adalah salah satu upaya mendorong percepatan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat. Upaya lain yang dilakukan yaitu melalui peningkatan pelayanan publik. Pemda Provinsi Jawa Barat juga terus mendorong percepatan kesejahteraan melalui pelaksanaan pembangunan yang telah diprogramkan, serta peningkatan kualitas SDM. 


“Momentum Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2018 yang ke-73, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dengan seluruh komponennya bertekad untuk terus mendorong percepatan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat,” tutur Iwa. 


“Ada dua hal. Yang pertama adalah percepatan infrastruktur, yang kedua meningkatkan pelayanan. Disamping juga tetap mempertahankan apa yang sudah diprogramkan termasuk pembangunan manusia seutuhnya baik lahir bathin maupun rohani,” pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar