Mitrapolisi.co.id/
CIMAHI -- Kampung Buyut Cipageran (Kabuci) di Kota Cimahi
menggelar tradisi unik, Kawin Cai sa-Nusantara (Kawin Air se-Nusantara).
Tradisi ini "mengkawinkan" (menyatukan) air ("cai" dalam
bahasa Sunda) dari seluruh kabuyutan yang ada di Seluruh Tanah Air.
Tradisi ini diikuti 135 kabuyutan dari seluruh Nusantara
yang membawa air untuk disatukan dalam satu tempat. Hal ini memiliki makna
bahwa semangat persatuan yang perlu terus dipupuk dalam bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Gubernur Jawa Barat mewakili Presiden RI, Ridwan Kamil, Wali
Kota Cimahi Ajay M Priatna, perwakilan Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Barat,
para sesepuh dan pinisepuh Kabuyutan Cipageran, dan kabuyutan se-Nusantara,
serta para tamu agung dari Bali, Yogyakarat, Solo, dan Thailand turut hadir dan
ikut serta dalam tradisi ini.
Menurut Emil -- sapaan akrab Ridwan Kamil, tradisi Kawin Cai
sa-Nusantara sebagai simbol persatuan Indonesia yang harus terus kuat. Karena
kuatnya persatuan dan kesatuan merupakan syarat sebuah negara maju.
"Dengan tradisi ini semangat persatuan dihadirkan oleh
forum-forum kebudayaan se-Nusantara. Salah satunya dengan simbolis membawa air
dari seluruh Nusantara untuk ditempatkan di Jawa Barat ini sebagai simbol bahwa
persatuan Indonesia harus kuat," kata Emil saat menghadiri tradisi Kawin
Cai sa-Nusantara di Kampung Buyut Cipageran, Jl. Kolonel Masturi Kota Cimahi,
Minggu (24/2/19).
"Karena itu syarat agar negara ini bisa maju dan tidak
terpecah belah. Saya kira itu pesan utamanya," lanjutnya.
Untuk itu, Emil pun berharap melalui tradisi tersebut
persatuan Indonesia semakin kuat. Kokohnya tradisi juga ditentukan oleh
kebudayaan yang terus dipelihara dan dijaga, karena bisa menunjukkan indentitas
dan jati diri sebuah bangsa.
"Karena kebudayaan menunjukkan siapa kita. Selama kita
tidak melanggar syariat, saya kira kebudayaan apa pun di Tanah Air Indonesia
ini akan kita dukung," tutur Emil.
Terkait kebudayaan, Emil berkomiten untuk terus memupuk
kebudayaan yang ada di Jawa Barat. Salah satunya dengan membangun infrastruktur
kebudayaan di seluruh Jawa Barat.
"Dalam lima tahun kita komit akan membangun
infrastruktur kebudayaan. Kami sudah anggarkan ke seluruh 27 kabupaten/kota di
Jawa Barat akan dibangun pusat-pusat kebudayaan seperti di Cipageran ini,"
jelas Emil.
"Karena kami meyakini bangsa yang besar adalah bangsa
yang menghormati budayanya," tambahnya.
Pendidikan karakter melalui budaya dan kearifan lokal juga
menjadi salah satu program penguatan karakter generasi muda Jawa Barat. Salah
satunya melalui program Jabar Masagi. Implementasi Jabar Masagi adalah seluruh
program, baik di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat yang mampu
menumbuhkan generasi muda di Jawa Barat sebagai manusia berbudaya.
"Kami, Provinsi Jawa Barat sudah menyiapkan pendidikan
karakter. Karena kami milhat sekolah formal, kurikulum tidak cukup menghadapi
masa depan," papar Emil.
Jabar Masagi ini datang dari empat nilai kesundaan. Pertama,
yaitu Surti adalah merasa, belajar sensitif, atau memahami sesuatu yang tidak
terucapkan. Nilai kedua, yaitu Harti adalah belajar paham atau memahami.
"Yang ketiga, yaitu nilai Bukti artinya menunjukkan
eksistensi kita dengan apa pun kita. Dan yang keempat, yaitu Bakti, seperti air
mengalir ke masyarakat membawa kebermanfaatan," tandasnya.