Senin, 11 September 2017

Presentase Imunisasi di Jabar Rendah, Netty: Masyarakat Mudah Terprovokasi

Mitrapolisi/ 
BANDUNG - Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Barat pada 9 Oktober 2017, capaian imunisasi MR sudah menembus angka 95,22%. Sementara data dari Subdirektorat Imunisasi Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes menyebutkan, per 7 Oktober 2017 lalu, capaian imunisasi di Jabar ada di angka 95,01%. Angka tersebut masih di bawah rata-rata nasional yang menyentuh angka 99,58%.


Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat Netty Heryawan menyebutkan bahwa rendahnya angka partisipasi imunisasi MR tersebut dipengaruhi oleh pola pikir masyarakat yang kurang rasional. Ia menegaskan, secara kualitatif warga Jabar termasuk masyarakat yang mudah teragitasi atau terprovokasi. Masyarakat, kata Netty, cenderung menelan bulat-bulat informasi yang tersebar di media sosial tanpa mau mengindahkan konfirmasi yang diberikan.

“Kalau dibilang ini ga jelas statusnya, ini ga halal, ya ideologi dan kesadaran beragama-nya itu seringkali tidak dibangun dengan rasionalitas,” tegas Netty saat ditemui usai acara pembukaan seminar ilmiah bertajuk “Bandung Meeting On Global Health and Medicine 2017 : Halal Medicine From Bench to Bedside”, di Gedung Serba Guna PT. Biofarma Jl. Pasteur no. 28 Bandung, Rabu (11/09/2017).

“Sehingga ada social campaign di medsos itu langsung ditelan mentah-mentah, padahal ketika kita tanya kepada pakarnya, tanya pada Biofarma, tanya ke MUI itu ga ada masalah,” sambungnya.

Disinggung terkait penanganannya, Netty berujar bahwa lagi-lagi sosialisasi, edukasi dan cara meyakinkan masyarakat yang menjadi poin penting. Bagi Netty, daerah yang tingkat cakupannya rendah tersebut tentu yang tidak terjangkau dengan mudah oleh layanan kesehatan publik, seperti daerah tertingal, terpencil, perbatasan, maupun berada di lipatan-lipatan antara satu kabupaten dengan kabupaten lainnya. Untuk itu menurut Netty, perlu ada penguatan koordinasi dan kerjasama antar kabupaten dan antar kota agar bisa memudahkan jangkauan pada masyarakat di perbatasan.


“Kalau di perkotaan saya yakin informasinya juga deras, termasuk aksesibilitas masyarakat ke layanan kesehatan lebih mudah dibanding daerah-daerah yang saya sebutkan tadi. Karena itu kerjasama antar kota kabupaten juga harus diperkuat, sehingga layanan kesehatan tidak boleh terhalang oleh batas-batas wilayah administratif.” ungkap Netty.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar