KOTA CIREBON - Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar meminta kepada seluruh aparatur desa di 5312 desa se-Jabar agar mengoptimalkan bantuan dana desa baik dari pemerintah pusat maupun daerah.
"Jangan ragu dan takut saat menggunakan dana
desa," ujar Demiz usai membuka workshop pengelolaan keuangan desa yang
dihadiri oleh perwakilan aparatur desa se-Ciayumajakuning di Cirebon, Selasa
(12/09/2017).
Menurut Demiz selama dikelola dengan profesional, akuntabel
dan transparan, penyelewengan atau celah korupsi dana desa tidak akan terjadi.
"Makanya diadakan workshop tentang bagaimana mengelola
keuangan desa dengan profesioanal, akuntabel dan transparan supaya tidak ada
keraguan dalam menggunakan dana desa, ragu itu kan karena tidak punya kemampuan
mengelola ditambah rasa takut," tuturnya.
Dalam workshop tersebut para aparatur desa mendapat
pengetahuan dan bimbingan dari narasumber seperti praktisi ekonomi, akademisi,
OJK dan Kadis Pemberdayaan Masyarakat Desa Jabar.
Demiz mengungkapkan, desa kini memiliki potensi keuangan
yang cukup besar termasuk dana transfer dari pemerintah pusat, Provinsi dan
Kabupaten/ Kota. Di Jabar dana transfer ini berupa bantuan keuangan perdesaan
yang diberikan pemerintah provinsi kepada seluruh desa yang disalurkan sejak
tahun 2014. Bantuan keuangan perdesaan tersebut berupa bantuan infrastruktur
perdesaan sebesar 100 Juta perdesa pertahun dan tambahan penghasilan Kepala
Desa dan perangkat desa sebesar 15 Juta perdesa pertahun.
"Bantuan itu diharapkan membantu desa di seluruh Jabar
untuk meningkatkan kualitas infrastruktur untuk percepatan pembangunan. Lalu
tambahan penghasilan saya harapkan jadi stimulan dan peningkatan motivasi
aparatur desa," ungkapnya.
Bantuan tersebut belum termasuk dari pemerintah pusat yang
berjumlah dari 800 Juta sampai 1 Milyar pertahun perdesa tergantung luas dan
jumlah penduduk desa.
Dengan ketersediaan sumber pendapatan yang ada, desa
dituntut mampu menghasilkan dampak positif yang lebih besar dari nilai yang
dikelolanya. Desa harus mampu mengembangkan potensi desanya untuk kemakmuran
warganya. Untuk itu dalam menyusun perencanaan program dan kegiatannya, desa
harus dapat menetapkan output dan outcome yang jelas dan terukur.
"Kita juga harus mengubah mindset tentang pengelolaan
keuangan desa dari orientasi non profit menjadi profit oriented, artinya
pengelolaan keuangan yang baik harus memiliki nilai tambah," jelas Demiz.
Ia mencontohkan, dari input pembiayaan sebesar 1 Juta,
bagaimana pemerintah desa dapat menghasilkan nilai 10 Juta. Begitu juga dari
aspek pengelolanya atau aparatur desa, pemahamannya harus diubah dari sebatas
pengawal administrasi menjadi aparatur desa yang memiliki jiwa kewirausahaan
sehingga mampu mengelola keuangan yang ada menjadi lebih berdaya.
"Termasuk melakukan langkah-langkah pemberdayaan
masyarakat agar mandiri yang mampu memahami dan memecahkan permasalahannya
sendiri," tutupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar