Mitrapolisi/
GARUT – Pondok Pesantren (Ponpes) tertulis dalam tinta
sejarah emas bangsa ini. Kontribusi nyata para ulama dan santri Ponpes mampu
menghadirkan kedigdayaan negeri Indonesia, sehingga mampu keluar dari
penjajahan di masa perjuangan.
Kontribusi tersebut masih berlangsung hingga saat ini.
Ponpes dinilai mampu menghadirkan cara mendidik generasi kuat secara ilmu dunia
dan akhirat. Cara mendidik seperti ini jarang dimiliki lembaga pendidikan
lainnya di Indonesia. Hasilnya, Pondok Pesantren mampu menghadirkan genersi
yang kuat secara rohani dan jasmani, juga kuat dari aspek karakter dan moral
sebagai insan manusia.
Di hadapan para santri juga para pengurus Ponpes
Muhammadiyah dari seluruh Indonesia, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan
menjelaskan mengenai konsep cara mendidik yang dihadirkan ponpes sejak lama.
Menurut Aher, Ponpes satu-satunya lembaga pendidikan yang berhasil memadukan
dua kutub keilmuan, yaitu ‘Ulum dan Funun.
‘Ulum adalah jenis-jenis keilmuan beraneka ragam yang
bersumber dari Wahyu, Al-Quran, dan Sunah Rasulullah SAW. Output atau
keluarannya adalah nilai-nilai kehidupan yang mengajak manusia hidup lurus menuju
titik akhir, yaitu akhirat. Namun, kata Aher ilmu saja itu tidak cukup, karena
kita hidup di dunia untuk berkemajuan. Perlu ada kutub lain, yaitu Funun.
Funun adalah jenis-jenis keilmuam yang bersumber dari
ayat-ayat alam semesta ciptaan Allah, kemudian digunakan oleh manusia untuk
memudahkan kehidupan. Terarah dan mudah adalah sebuah keinginan dalam
kehidupan. Hidup kita terarah karena ‘Ulum yang bersumber dari Wahyu, juga
hidup kita mudah karena Funun, aspek Ilmu Pengetahuan dan Iptek yang berkembang
untuk kemajuan yang kita inginkan bersama.
“Itulah dua kutub keilmuan yang seimbang dan ternyata
setelah kami berfikir, berfikir, dan berfikir, ternyata yang bisa memadukan dua
kutub ilmu ini adalah pesantren-pesantren di Indonesia,” kata Aher saat
mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka Rapat Koordinasi Nasional
(Rakornas) ke-2 Pondok Pesantren Muhammadiyah di Pondok Pesantren Darul Arqam
Muhammadiyah, Jl. Ciledug No. 284, Kabupaten Garut, Selasa (17/10/17) sore.
“Oleh karena itu, pesantren sebagai tulisan sejarah harus
berkembang dengan ajaran di negeri kita. Karena kekhasan Indonesia dengan
penjagaan moral yang sangat kuat selama ini, itu karena salah satunya kehadiran
pesantren-pesantren,” lanjutnya.
Ada sekitar 12.000 ponpes di seluruh Jawa Barat. Pesantren
memiliki cara pendidikan khas yang tidak dimiliki tempat-tempat lain. Cara
mendidik yang menghadirkan keseimbangan kehidupan antara dunia dan akhirat,
serta keseimbangan materi dan rohani.
Untuk itu, Aher menyambut baik atas digelar Rakornas Pondok
Pesantren Muhammadiyah di Kabupaten Garut. Bagi dirinya, adalah kehormatan dan
kebanggaan Muhammadiyah menunjuk Jawa Barat sebagai tuan rumah. Rakornas
tersebut sekaligus juga napak tilas perjalanan Muhammadiyah di Jawa Barat yang
berawal dari Garut. Garut memiliki kedekatan historis dengan perjalanan
Muhammadiyah sebagai organisasi masyarakat terbesar di Indonesia. Menurut Aher,
Muhammadiyah telah memberikan kontribusi bagi sektor kehidupan yang sangat
beragam di negeri ini.
“Teriring harapan Rakornas ini berjalan lancar tanpa hambatan
berarti, serta dapat menghasilkan program-program strategis yang senantiasa
mengedepankan kepentingan dan kemaslahatan umat dan mampu memberikan manfaat
besar bagi warga Pondok Pesantren Muhammadiyah khususnya, dan umat Islam serta
masyarakat pada umumnya, khususnya di Jawa Barat,” harap Aher.
Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di
dunia. Menurut data BPS (2010), penduduk Muslim di Indonesia mencapai 207 juta
jiwa. Dengan jumlah penduduk Muslim yang besar, serta peran Pondok Pesantren,
Presiden Jokowi berharap Indonesia mampu menghalau dan mengantisipasi segala
potensi negatif, seperti hoax, ujaran kebencian, dan provokasi.
“Sekarang telah terjadi transisi perubahan. Landscape
ekonomi, interaksi sosial, dan politik global berubah. Kenapa terjadi perubahan
seperti ini. Karena pola komunikasi sosial kita berubah. Adanya gawai,
smartphone itu mengubah pola interkasi sosial yang ada,” ungkap Jokowi dalam
sambutannya di pembukaan Rakornas ke-2 Pondok Pesantren Muhammadiyah.
Lebih lanjut Jokowi mengatakan, perubahan-perubahan seperti
ini harus bisa disadari oleh masyarakat Indonesia. Termasuk interkasi sosial
dalam media sosial. Beragamnya informasi yang ada di sosial media – baik
informasi negatif atau positif harus bisa diwaspadai masyarakat. Hal tersebut,
kata Jokowi bisa mempengaruhi generasi saat ini.
“Siapa yang bisa menyaring (segala informasi di media sosial
atau mainstream) saat ini? Ya pembangunan karakter santri-santri kita,
pembangunan karakter anak-anak didik kita. Dengan nilai-nilai agama, dengan
nilai karakter Indonesia, sehingga mereka tidak terpengaruh oleh arus informasi
yang akan merubah budaya, perilaku, budi pekerti, yang telah dimiliki bangsa
kita,” papar Jokowi.
“Ini bukan sesuatu yang gampang untuk diselesaikan. Semua
mengeluh hal yang sama. Kata salah satu kepala negara bilang ke saya bahwa
media mainstream bisa kita kuasasi, tapi kalau media sosial tidak bisa kita
kuasai. Apabila media sosial tidak ada yang membentengi, tidak yang memagari.
Ya inilah fungsinnya, pentingnya pondok-pondok Pesantren Muhammadiyah
memberikan pemahaman yang benar kepada anak didik, kepada santri-santrinya,”
jelasnya.
Muhammadiyah
Ada 1.094 santri ada di Ponpes Darul Arqam Muhammadiyah
Kabupaten Garut. Sementara Muhammadiyah memiliki sebanyak 230 pesantren di
seluruh Indonesia. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haidar Nashir mengungkapkan,
bahwa Muhammadiyah menyambung mata rantai dari sistem pendidikan Islam
Indonesia sebelumnya yang dahulu basis kuatnya adalah pondok pesantren lama.
Kemudian digagas oleh KH. Ahmad Dahlan pada 11 Desember
1911, ketika itu berdiri Madrasah Diniyah Al Islamiyah. Namun dengan format
baru. Di satu pihak menyerap nilai-nilai kepesantrenan di masa lalu yang kuat
di basis ilmu-ilmu keagamaan atau Diniyah. Namun, menurut KH. Ahmad Dahlan
memandang tidak cukup arus baru modernisme awal-awal abad ke-20.
“Maka digagaslah sebuah sistem pendidikan Islam modern yang
memadukan ilmu agama dan ilmu umum secara terintegrasi. Kemudian tidak sekadar
teori tapi juga menanamkan keahlian. Dan itulah yang menjadi cikal bakal dari
sistem pendidikan Muhammadiyah yang basisnya pada sistem modern kelanjutan dari
masa lampau yang diperbaharui. Bentuknya ada Pondok Pesantren, Sekolah,
Madrasah, serta Boarding School. Apabila digabungkan, bentuk-bentuk sekolah
tersebut akan menjadi sebuah pondok pesantren yang cukup besar di Indonesia,”
papar Haidar.
Momentum Rakornas ini diharapkan mampu memberikan kekuatan
bagi Muhammdiyah untuk bekerja bersama semua elemen bangsa. Mencerdaskan
kehidupan bangsa, termasuk moral, dan nilai-nilai keagamaan. Selain itu, pada
kesempatan ini dilakukan pula peletakan batu pertama pembangunan Rumah Sakit
PKU Darul Arqam Muhammadiyah.
Usai berkunjung ke Pondok Pesantren Darul Arqam, pada
kunjungan kerjanya ke Kabupaten Garut ini, Jokowi juga membagikan sebanyak
5.500 sertifikat tanah di Lapangan Olahraga Kerkof, Jl. Merdeka Kabupaten
Garut, Selasa sore (17/10/17). Penerima sertifikat berasal dari Kabupaten Garut
(2.500 penerima sertifikat), Kabupaten Sumedang (2.500), dan Kabupaten Bandung
(500).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar