Selasa, 17 Oktober 2017

Padukan Dua Kutub Keilmuan, Aher: Ponpes Mampu Hadirkan Moralitas Kuat Bagi Umat

Mitrapolisi/
GARUT – Pondok Pesantren (Ponpes) tertulis dalam tinta sejarah emas bangsa ini. Kontribusi nyata para ulama dan santri Ponpes mampu menghadirkan kedigdayaan negeri Indonesia, sehingga mampu keluar dari penjajahan di masa perjuangan.

Kontribusi tersebut masih berlangsung hingga saat ini. Ponpes dinilai mampu menghadirkan cara mendidik generasi kuat secara ilmu dunia dan akhirat. Cara mendidik seperti ini jarang dimiliki lembaga pendidikan lainnya di Indonesia. Hasilnya, Pondok Pesantren mampu menghadirkan genersi yang kuat secara rohani dan jasmani, juga kuat dari aspek karakter dan moral sebagai insan manusia.

Di hadapan para santri juga para pengurus Ponpes Muhammadiyah dari seluruh Indonesia, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menjelaskan mengenai konsep cara mendidik yang dihadirkan ponpes sejak lama. Menurut Aher, Ponpes satu-satunya lembaga pendidikan yang berhasil memadukan dua kutub keilmuan, yaitu ‘Ulum dan Funun.

‘Ulum adalah jenis-jenis keilmuan beraneka ragam yang bersumber dari Wahyu, Al-Quran, dan Sunah Rasulullah SAW. Output atau keluarannya adalah nilai-nilai kehidupan yang mengajak manusia hidup lurus menuju titik akhir, yaitu akhirat. Namun, kata Aher ilmu saja itu tidak cukup, karena kita hidup di dunia untuk berkemajuan. Perlu ada kutub lain, yaitu Funun.

Funun adalah jenis-jenis keilmuam yang bersumber dari ayat-ayat alam semesta ciptaan Allah, kemudian digunakan oleh manusia untuk memudahkan kehidupan. Terarah dan mudah adalah sebuah keinginan dalam kehidupan. Hidup kita terarah karena ‘Ulum yang bersumber dari Wahyu, juga hidup kita mudah karena Funun, aspek Ilmu Pengetahuan dan Iptek yang berkembang untuk kemajuan yang kita inginkan bersama.

“Itulah dua kutub keilmuan yang seimbang dan ternyata setelah kami berfikir, berfikir, dan berfikir, ternyata yang bisa memadukan dua kutub ilmu ini adalah pesantren-pesantren di Indonesia,” kata Aher saat mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) ke-2 Pondok Pesantren Muhammadiyah di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah, Jl. Ciledug No. 284, Kabupaten Garut, Selasa (17/10/17) sore.

“Oleh karena itu, pesantren sebagai tulisan sejarah harus berkembang dengan ajaran di negeri kita. Karena kekhasan Indonesia dengan penjagaan moral yang sangat kuat selama ini, itu karena salah satunya kehadiran pesantren-pesantren,” lanjutnya.

Ada sekitar 12.000 ponpes di seluruh Jawa Barat. Pesantren memiliki cara pendidikan khas yang tidak dimiliki tempat-tempat lain. Cara mendidik yang menghadirkan keseimbangan kehidupan antara dunia dan akhirat, serta keseimbangan materi dan rohani.

Untuk itu, Aher menyambut baik atas digelar Rakornas Pondok Pesantren Muhammadiyah di Kabupaten Garut. Bagi dirinya, adalah kehormatan dan kebanggaan Muhammadiyah menunjuk Jawa Barat sebagai tuan rumah. Rakornas tersebut sekaligus juga napak tilas perjalanan Muhammadiyah di Jawa Barat yang berawal dari Garut. Garut memiliki kedekatan historis dengan perjalanan Muhammadiyah sebagai organisasi masyarakat terbesar di Indonesia. Menurut Aher, Muhammadiyah telah memberikan kontribusi bagi sektor kehidupan yang sangat beragam di negeri ini.

“Teriring harapan Rakornas ini berjalan lancar tanpa hambatan berarti, serta dapat menghasilkan program-program strategis yang senantiasa mengedepankan kepentingan dan kemaslahatan umat dan mampu memberikan manfaat besar bagi warga Pondok Pesantren Muhammadiyah khususnya, dan umat Islam serta masyarakat pada umumnya, khususnya di Jawa Barat,” harap Aher.

Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Menurut data BPS (2010), penduduk Muslim di Indonesia mencapai 207 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk Muslim yang besar, serta peran Pondok Pesantren, Presiden Jokowi berharap Indonesia mampu menghalau dan mengantisipasi segala potensi negatif, seperti hoax, ujaran kebencian, dan provokasi.

“Sekarang telah terjadi transisi perubahan. Landscape ekonomi, interaksi sosial, dan politik global berubah. Kenapa terjadi perubahan seperti ini. Karena pola komunikasi sosial kita berubah. Adanya gawai, smartphone itu mengubah pola interkasi sosial yang ada,” ungkap Jokowi dalam sambutannya di pembukaan Rakornas ke-2 Pondok Pesantren Muhammadiyah.

Lebih lanjut Jokowi mengatakan, perubahan-perubahan seperti ini harus bisa disadari oleh masyarakat Indonesia. Termasuk interkasi sosial dalam media sosial. Beragamnya informasi yang ada di sosial media – baik informasi negatif atau positif harus bisa diwaspadai masyarakat. Hal tersebut, kata Jokowi bisa mempengaruhi generasi saat ini.

“Siapa yang bisa menyaring (segala informasi di media sosial atau mainstream) saat ini? Ya pembangunan karakter santri-santri kita, pembangunan karakter anak-anak didik kita. Dengan nilai-nilai agama, dengan nilai karakter Indonesia, sehingga mereka tidak terpengaruh oleh arus informasi yang akan merubah budaya, perilaku, budi pekerti, yang telah dimiliki bangsa kita,” papar Jokowi.

“Ini bukan sesuatu yang gampang untuk diselesaikan. Semua mengeluh hal yang sama. Kata salah satu kepala negara bilang ke saya bahwa media mainstream bisa kita kuasasi, tapi kalau media sosial tidak bisa kita kuasai. Apabila media sosial tidak ada yang membentengi, tidak yang memagari. Ya inilah fungsinnya, pentingnya pondok-pondok Pesantren Muhammadiyah memberikan pemahaman yang benar kepada anak didik, kepada santri-santrinya,” jelasnya.


Muhammadiyah
Ada 1.094 santri ada di Ponpes Darul Arqam Muhammadiyah Kabupaten Garut. Sementara Muhammadiyah memiliki sebanyak 230 pesantren di seluruh Indonesia. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haidar Nashir mengungkapkan, bahwa Muhammadiyah menyambung mata rantai dari sistem pendidikan Islam Indonesia sebelumnya yang dahulu basis kuatnya adalah pondok pesantren lama.

Kemudian digagas oleh KH. Ahmad Dahlan pada 11 Desember 1911, ketika itu berdiri Madrasah Diniyah Al Islamiyah. Namun dengan format baru. Di satu pihak menyerap nilai-nilai kepesantrenan di masa lalu yang kuat di basis ilmu-ilmu keagamaan atau Diniyah. Namun, menurut KH. Ahmad Dahlan memandang tidak cukup arus baru modernisme awal-awal abad ke-20.

“Maka digagaslah sebuah sistem pendidikan Islam modern yang memadukan ilmu agama dan ilmu umum secara terintegrasi. Kemudian tidak sekadar teori tapi juga menanamkan keahlian. Dan itulah yang menjadi cikal bakal dari sistem pendidikan Muhammadiyah yang basisnya pada sistem modern kelanjutan dari masa lampau yang diperbaharui. Bentuknya ada Pondok Pesantren, Sekolah, Madrasah, serta Boarding School. Apabila digabungkan, bentuk-bentuk sekolah tersebut akan menjadi sebuah pondok pesantren yang cukup besar di Indonesia,” papar Haidar.

Momentum Rakornas ini diharapkan mampu memberikan kekuatan bagi Muhammdiyah untuk bekerja bersama semua elemen bangsa. Mencerdaskan kehidupan bangsa, termasuk moral, dan nilai-nilai keagamaan. Selain itu, pada kesempatan ini dilakukan pula peletakan batu pertama pembangunan Rumah Sakit PKU Darul Arqam Muhammadiyah. 

Usai berkunjung ke Pondok Pesantren Darul Arqam, pada kunjungan kerjanya ke Kabupaten Garut ini, Jokowi juga membagikan sebanyak 5.500 sertifikat tanah di Lapangan Olahraga Kerkof, Jl. Merdeka Kabupaten Garut, Selasa sore (17/10/17). Penerima sertifikat berasal dari Kabupaten Garut (2.500 penerima sertifikat), Kabupaten Sumedang (2.500), dan Kabupaten Bandung (500).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar