Mitrapolisi/
KAB. PURWAKARTA - Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) per Maret 2017, angka kemiskinan di Jawa Barat mengalami penurunan.
Namun, penurunan ini tidak signifikan yaitu dari 8,77% menjadi 8,71% atau hanya
mengalami penurunan 0,006% dari target 1% setiap tahun. Artinya, masih ada
sekitar 4 juta lebih warga Jawa Barat masih hidup dalam garis kemiskinan.
Meskipun mengalami penurunan, Wakil Gubernur Jawa Barat
Deddy Mizwar (Demiz) meminta kabupaten/kota, dinas, serta lembaga terkait terus
fokus terhadap masalah kemiskinan ini. Untuk itu, rapat koordinasi penting
terus dilakukan di setiap BKPP Wilayah. Pendekatan program yang bisa dilakukan
untuk mengurangi angka kemiskinan, yaitu melalui perlindungan sosial kepada
keluarga miskin, meningkatkan mutu pelayanan dasar, dan meningkatkan
pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Pendekatan tersebut tidak akan berjalan efektif tanpa adanya
anggaran yang pasti serta kevalidan data warga miskin. Untuk itu, Demiz meminta
kepada dinas dan leading sector terkait agar menghindari copy paste anggaran
serta terus meng-update data kemiskinan dalam bentuk sistem data terintegrasi.
"Saya harap baik dinas terkait atau leading sektor
selalu koordinasi, sehingga betul-betul ada kebersamaan, kejelasan target dalam
pelaksanaanya sehingga tepat program, tepat kegiatan, tepat lokasi, dan juga
tepat anggaran. Kalau bisa hindari copy paste (anggaran) ya. Nah, supaya tidak
copy paste Provinsi Jawa Barat mencoba membangun sebuah basis data dalam
Bangusapemda (Pembangunan Analisa Potensi Daerah). Sekaligus di dalamnya ada
data yang valid tiap kabupaten, tiap desa bahkan by name by address. Jadi bisa
dievluasi di sana," ujar Wagub Demiz dalam Rapat Koordinasi Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) se-BKPP Wilayah II Purwakarta di
Kantor Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan (BKPP) Wilayah II
Purwakarta, Jl. Siliwangi No. 1, Kabupaten Purwakarta, Jumat (13/10/17).
Dengan adanya data yang valid dan update, setiap keluarga
miskin akan bisa diketahui apa saja program penanggulangan kemiskinan yang
telah diterima. Menurut Demiz, minimal setiap keluarga miskin menerima empat
program bantuan, yaitu Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat
(KIS), Program Keluarga Harapan (PKH), dan Beras Sejahtera atau Rastra.
Validitas dan keterbaruan sistem data ini akan bisa menentukan ketepatan
program dan lokasi sasaran, sehingga anggaran yang dikucurkan bisa akuntable
dan dipertanggungjawabkan dengan baik.
"Saya lihat kemarin di satu desa saja ada yang mendapat
empat atau bahkan lima program. Tapi satu keluarga tidak dapat sama sekali.
Adil ga kira-kira? Pada saat ada keluarga miskin tersentuh oleh program sosial
tadi, langsung update, sehingga mudah dievaluasi. Apakah dikasih bantuan
keluarga tersebut masih miskin atau sudah beranjak tidak miskin. Jadi, mudah
dievaluasi dan mudah menentukan strategi berikutnya," ungkap Demiz.
"Saya ga main-main soal kemiskinan ini. Karena sebagai
pemimpin ini berat pertanggungjawabannya," lanjutnya.
Penguatan kelembagaan dan sistem data integrasi adalah modal
upaya dalam pengentasan masalah kemiskinan. Untuk itu, sistem data real time
dan sistem data terpadu perlu diterapkan untuk menjamin akuntabiltas penyerapan
dan ketepatan sasaran anggaran.
"Perlu komitmen bersama, sinergitas kita bersama. Ga
tumpang-tindih dan ada data yang selalu di update sehingga betul-betul tepat
sasaran. Keluarga yang mana, lokasinya dimana, sehingga anggaran pun dapat
dipertanggungjawabkan. Itulah pentingnya sinergi," tutur Wagub.
Sementara itu, pada kesempatan ini Kepala BKPP Wilayah II
Purwakarta Muhammad Toha menjelaskan tentang angka kemiskinan yang ada di
wilayah kerjanya. Toha mengatakan angka kemiskinan di BKPP Wilayah II
Purwakarta masih 25% dari jumlah keluarga yang ada di Jawa Barat.
"Wilayah II ini masih menyumbangkan angka kemiskinan
yang cukup berarti, cukup signifikan. Antara lain bisa dilihat dari angka rumah
tangga berpendapatan rendah, yaitu 25 persen dari jumlah keluarga yang ada di
Jawa Barat dan angka Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Rastra dan BPNT (Bantuan
Pangan Nontunai," kata Toha dalam rakor tersebut.
Angka Rumah Tangga berpendapatan Rendah mayoritas masih ada
di Kabupaten Karawang mencapai 161 ribu rumah tangga. Sementara Kabupaten
Subang 125 ribu, Kabupaten Bekasi 92 ribu, Kota Bekasi 62 ribu, dan Kabupaten
Purwakarta 48 ribu.
Sementara penerima Rastra di Kabupaten Karawang masih yang
tertinggi pada tahun ini, yaitu sebanyak 142.317 Keluarga Penerima Manfaat
(KPM). Kabupaten Subang 112.891 KPM, Kabupaten Bekasi 96.601 KPM, Kota Bekasi
68.258 KPM, dan Kabupaten Purwakarta 46.582 KPM. Sehingga jumlah total KPM
mencapai 469.644 atau 18,66% dari total penerima KPM dan BPNT sebesar 2,5 juta
Rumah Tangga.
"Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota. Baik berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap
penurunan angka kemiskinan melalui berbagai program dan kegiatan
unggulan," tukas Toha.
Salah satu inovasi yang telah dilakukan yaitu oleh
Pemerintah Kabupaten Purwakarta melalui program Jaminan Purwakarta Istimewa.
Program yang juga dikenal dengan istilah Jampi ini adalah program pelayanan
kesehatan bagi masyarakat Purwakarta yang sebelumnya belum pernah mendapat
layanan kesehatan dari Pemerintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar