Minggu, 20 November 2016

HARI ANGKLUNG SEDUNIA " ANGKLUNG DAY"

Mitrapolisi/ 
BANDUNG-Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan memperingati hari Angklung se dunia dalam angklung’Day 2016 di halaman Gedung sate Bandung, Minggu, 20 Nopember 2016 pada acara kesempatan tersebut hadir Kepala DInas Pariwisata, Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat. Peserta angklung se Jawa Barat Tak banyak yang menyadari bahwa hari ini, Rabu 16 November 2016, diperingati sebagai Hari Angklung Sedunia. Angklung menjadi sebuah kebanggaan bagi bangsa Indonesia karena menjadi salah satu identitas karya dan budaya bangsa Indonesia di mata dunia.

Angklung telah diakui oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia. UNESCO mengakui Angklung pada tanggal 16 November 2010 lalu yang kemudian dijadikan sebagai Hari Angklung Sedunia hingga saat ini.

Menurut laman resmi Saung Angklung Udjo, sebenarnya tidak ada keterangan yang pasti mengenai kapan angklung mulai ada dan dimainkan dalam masyarakat Indonesia. Keterangan tertua mengenai angklung ada dalam kitab Nagara Kertagama yang menceriterakan bahwa angklung merupakan alat bunyi-bunyian yang dipergunakan dalam upacara penyambutan kedatangan raja.

Dalam kitab itu juga diceritakan bahwa kesenian angklung dimainkan rakyat untuk menyambut Raja Hayam Wuruk saat mengadakan peninjauan keliling daerah Jawa Timur pada tahun 1359 (Tim Penulisan Naskah Pengembangan Media Kebudayaan Jawa Barat, 1977:52). Angklung di Jawa mulai terkenal pada abad ke-17. Pada masa itu di Keraton Sultan Agung, Banten, terdapat banyak sekali angklung yang didatangkan dari Bali (Tim Penulisan Naskah Pengembangan Media Kebudayaan Jawa Barat, 1977:52).

Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan Sunda, di antaranya sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya di mainkan oleh anak- anak pada waktu itu.

Dalam perkembangannya, angklung terus berkembang dan mengalami banyak modifikasi. Jika dulu hanya dimainkan saat perayaan-perayaan tradisional seperti saat panen raya, maka kini angklung dapat dimainkan siapapun, di manapun, dan kapanpun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar