Mitrapolisi/
KAB. SUMEDANG - Jawa Barat
memiliki pengaruh signifikan menyongsong Generasi Emas Indonesia 2045. Gubernur
Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) mengatakan bonus demografi adalah peluas Generasi
Emas Jawa Barat untuk Indonesia.
Penduduk Jabar menyumbang
proporsi 20% dari penduduk Indonesia atau 46,53 juta. Dengan rincian 23,6 juta
laki-laki dan 23,57 juta perempuan (per 31 Desember 2017).
“Proyeksi tahun 2035 itu
penduduk Jawa Barat ada 57,13 juta orang dengan penduduk produktif usia 15-64
tahun mencapai 68,20% atau 38,96 juta orang. Merekalah Generasi Emas Jabar
untuk Generasi Emas Indonesia,” kata Aher dalam “Seminar Peran Jawa Barat untuk
Indonesia Emas 2045” di Bale Sawala Kampus Unpad, Jatinangor, Rabu (4/4/2018).
Indonesia pada 2045 akan
memiliki bonus demografi dengan struktur populasi 70% berada pada kelompok usia
produktif (15-64 tahun). Sedangkan 30% lainnya berada pada kelompok kurang
produktif (usia di atas 65 tahun dan usia di bawah 14 tahun).
Generasi emas Indonesia
dicirikan dengan bonus demografi yang memiliki potensi produktif yang tinggi
pada 2020-2045. Kata Aher, ke depan Jawa Barat harus bersiap karena guncangan
Jawa Barat akan menciptakan guncangan nasional.
“Dalam perspektif agama, ibadah
yang khusuk pun hanya akan terjadi kalau wilayah kita aman dan rakyatnya
sejahtera. Untuk itulah, untuk menuju generasi emas, ujung sangat mikro dari
semua pembangunan itu adalah pengentasan kemiskinan, pengurangan pengangguran,
dan daya dukung alam untuk keberlanjutan pembangunan,” sambungnya.
Dalam 10 tahun terakhir, banyak
kebijakan dalam 10 tahun terakhir yang menunjang kehadiran generasi emas. Kata
Aher, pihakya menerapkan prinsip pendidikan sejak dini untuk menghasilkan sumber
daya manusia/sumber daya insani Jawa Barat.
Sejak pendidikan anak usia dini
hingga perguruan tinggi yang memiliki daya saing tinggi, kepeloporan, self
regulation, dan selalu berorientasi kepada hasil proses pendidikan yang lebih
bermutu dari waktu kewaktu (quality result driven).
“Contohnya untuk penduduk
sekolah SMA. Tahun 2008 itu hanya 825 ribu atau 45 persen, sementara tahun 2017
sudah 2 juta lebih atau 81,25 persen penduduknya sudah sekolah SMA dan
setingkatnya. Pembangunan kelas baru ada 50 ribu,” katanya.
Aher menuturkan, pihaknya juga
sudah menjadikan banyak perguruan tinggi negeri (PTN) dari sejumlah perguruan
tinggi swasta (PTS) di Jabar. Diantaranya Unsika Karawang dan Unsil
Tasikmalaya. Termasuk membuka kampus Unpad di Pangandaran. Tujuannya untuk
mengoptimalkan potensi maritim besar di Jabar yang banyak dimanfaatkan oleh
negara asing.
Strategi berikutnya, lanjut Aher
adalah menerapkan prinsip family planning. Dengan menerapkan pola pendidikan
seperti ini, generasi emas Jabar akan meraih kesuksesan kembar, yaitu
kesuksesan Imtaq dan Iptek pada berbagai jenjang pendidikan.
Kemudian, menerapkan prinsip
penjaminan mutu dan akuntabilitas proses penyelenggaraan pendidikan. Upaya ini
untuk memberikan daya tarik kepada masyarakat dan dunia usaha agar mereka bisa
memberikan dukungan investasi pendidikan.
“Juga menerapkan prinsip
pendidikan dan riset untuk melahirkan dan mengembangkan inovasi berbasis Iptek
sebagai solusi permasalahan daya saing serta melalui penyelenggaraan Science
Techno Park (STP) pada level Provinsi dan Techno Park pada level
Kabupaten/Kota,” katanya.
Tak ketinggalan, ujar Aher,
menerapkan pola kerjasama multi pihak, yaitu Pemerintah/Pemerintah Daerah,
Akademisi, Dunia Usaha, dan Komunitas dengan dukungan/kontrol dari media.
“Generasi emas Jabar adalah
generasi baru berketerampilan dan berdaya saing tinggi, seperti contoh sekarang
ekspor masih dominan bahan mentah, sehingga pengangguran masih ada. Kalau
diolah dulu, akan lain cerita. Jabar sudah berusaha tekan kemiskinan 1 pesen
per tahun, tapi 10 tahun ini baru mencapai sekitar 8 persen,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar