Mitrapolisi/
BANDUNG - Provinsi Jawa Barat mempertahankan
nilai 'A' untuk penilaian Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2017. Kunci
baiknya akuntabilitas kinerja ini adalah outcome yang bisa secara langsung
dirasakan masyarakat.
Gubernur Jawa Barat Ahmad
Heryawan (Aher) menerima langsung sertifikat penilaian tersebut dari Menteri
PAN-RB RI Asman Abnur di Aula Barat Gedung Sate, Jl. Dipongeroro No. 22, Kota
Bandung, Selasa (3/4/2018).
"Ini (Akuntabilitas
Kinerja) sangat penting karena akuntabilitas kinerja pemerintah itu menujukkan
bahwa kinerja pemerintah dicapai tepat sasaran," ujar Aher dalam
sambutannya di acara yang digelar sekaligus rapat Percepatan Reformasi
Birokrasi Melalui Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintahan (Sakip) tersebut.
Kunci akuntabilitas kinerja
tersebut, Aher menjelaskan bahwa tidak hanya dilihat dari output dari sebuah
program atau kebijakan. Kata Aher, outcome juga penting diperhatikan bahkan
menjadi kunci dari akuntabilitas kinerja. Outcome, yaitu dampak atau manfaat
jangka yang dinikmati langsung oleh masyarakat.
"Kunci akuntabilitas tidak
hanya dilihat dari outputdari sebuah program, tapi outcome atau dampak panjang
dari sebuah program yang telah dilakukan," ungkap Aher.
Lebih lanjut, Aher memaparkan
bahwa kinerja sebuah pemerintahan bisa dirunut dari penataan Pohon Kinerja.
Alur kinerja harus tegas, mulai dari Penjabaran Visi dan Misi - Penyebaran Visi
dan Misi - Indikator Kinerja Utama (IKU) Kepala Daerah (Gubernur/Walikota/Bupati)
- IKU SKPD - Rincian dan Biaya Program - Unit Program - Output Program
(evaluasi dan manfaat) - Outcome Program (manfaat jangka panjang).
"Kita harus meyakini bahwa
seluruh program kerja itu bisa diukur output dan outcome, juga manfaatnya bisa
sangat jelas. Ketika itu bisa diukur dengan baik atau jelas, dengan terukur dan
transparan, itulah disebut akuntabel," papar Aher.
Predikt 'A' yang diraih Jawa
Barat sekarang adalah kali kedua. Laporan Kinerja Instanasi Pemerintahan
(Lakip) Tahun 2016 lalu Jabar juga mendapat predikat yang sama. Hanya ada empat
provinsi di Indonesia dengan nilai 'A', yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, DI
Yogyakarta, dan Sumatera Selatan.
Aher berkomitmen untuk terus
meningkatkan akuntabilitas kinerja tersebut. Termasuk mendorong akuntabilitas
kinerja pemerintah kabupaten/kota di Jawa Barat. Ada peningkatan nilai
akuntabiltas kinerja pada Lakip kabupaten/kota Tahun 2017 dibanding 2016.
"Tetapi yang CC kemudian
banyak yang berubah menjadi B," tutur Aher.
Berikut data Nilai Akuntabilitas
Kinerja Kabupaten/Kota di Jawa Barat:
1. Nilai A: Kota Bandung
2. Nilai BB: Kota Sukabumi
3. Nilai B: Kabupaten Kuningan,
Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Garut, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cirebon,
Kabupaten Indramayu, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Ciamis,
Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Subang, Kota Tasikmalaya,
Kota Cirebon, Kota Banjar, Kota Depok, Kota Bogor, Kota Bekasi, dan Kota
Cimahi.
4. Nilai CC: Kabupaten
Majalengka, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten
Tasikmalaya.
5. Nilai C: Kabupaten Sumedang
dan Kabupaten Pangandaran.
"Hari ini kita akan
berkomitmen kembali untuk menata program kita yang bisa dipertanggungjawabkan.
Semua harus kita alurkan dengan baik sebagai sebuah pohon kinerja," ajak
Aher di hadapan para pejabat Pemprov Jawa Barat, serta Bupati/Walikota se-Jawa
Barat.
Untuk mendukung hal tersebut,
pada kesempatan ini, dilakukan pula penandatanganan Perjanjian Kinerja antara
Gubernur Jawa Barat dengan Perangkat Daerah Pemerintah Daerah Provinsi Jawa
Barat.
Sementara itu, Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) RI Asman Abnur
mengatakan, birokrasi yang akuntabel, efektif, dan efisien harus menjadi model
kinerja pemerintahan kita. Hal ini harus ditunjukkan melalui kemampuan mempertanggungjawabkan
outcome.
Asman menekankan, bahwa Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK dan serapan APBD bukan lagi target sebuah
kinerja pemerintahan. Saat ini, outcome atau hasil dari sebuah program yang
menjadi ukuran.
"Jadi bukan WTP dan serapan
lagi yang jadi target. Itu kewajiban. Outcome harus menjadi ukuran. Sesuatu
yang tidak ada manfaatnya itu tidak menjadi ukuran. Ukuran keberhasilan adalah
sesuatu yang bermanfaat," kata Asman dalam sambutannya.
Dalam hal ini, Provinsi Jawa
Barat bisa menjadi contoh untuk pembangunan akuntabilitas kinerja pemerintah
daerah. "Saya minta Pak Gubernur Jabar jadi member tetap. Jadi kalau kita
ada acara ini (rapat Percepatan Reformasi Birokrasi Melalui Implementasi Sakip)
di provinsi lain, saya minta Pak Gubernur ikut kita jadi pembicara," pinta
Asman.
Hal lain yang menjadi penekanan
Asman, yaitu jiwa kerja yang harus dimiliki para ASN. Pertama, hospitality.
Jiwa melayani dan keramahtamahan dalam pelayanan kepada publik. Kedua,
entrepeneur. ASN harus memiliki sikap tidak ingin rugi. Artinya, anggaran yang
ada harus bisa didayagunakan dengan baik atau tidak sia-sia.
Asman menambahkan, reformasi
birokrasi harus bisa diimplementasikan secara baik. Menurut dia, sebagian
aparatur negara memaknai reformasi birokrasi hanya sebatas pelaksanaan program
yang diamanatkan Pemerintah Pusat. Sebagian lain memaknai reformasi birokrasi
adalah media untuk mendapatkan tunjangan kinerja. Reformasi birokrasi
sesungguhnya adalah mengubah cara berpikir dan budaya.
"Reformasi yang sesunguhnya
adalah kita mengubah r(cara berpikir) dan culture (budaya). Yang pada awalnya
hanya berorientasi kepada kerja-kerja rutin, tapi kemudian berpikir menjadi
bermanfaat dan lebih memuaskan masyarakat," ucap Asman.
Untuk merealisasikan reformasi
birokrasi tadi, yaitu dengan mengimplementasikan Sakip. Hal ini, kata Asman,
harus menjadi budaya kerja di kementerian dan pemda.
Kementerian PAN-RB juga
mendorong pemda-pemda agar membuat Mall Pelayanan Publik (MPP). Tujuannya untuk
mengintegrasikan pelayan publik dalam satu gedung.
"Kita akan satukan dalam
Mall Pelayanan Publik. Saya minta provinsi untuk menjadi motor menggerakkan
pelayanan ini. Pusat pelayanan perizinan, baik itu untuk pusat atau daerah.
Jabar punya peluang besar untuk jadi model nasional," ujar Asman.
Selain itu, dalam waktu dekat
Pemerintah Pusat akan mengintegraiskan e-Government secara menyeluruh. Asman
menuturkan pihaknya akan mengatur secara nasional agar belanja IT tidak terlalu
tinggi dan lebih efisien. Saat ini, e-Government masih berjalan di
masing-masing kementerian/lembaga.
"Kita berharap dengan
sistem e-Government secara nasional ini terjadi integrasi antara satu sistem
dengan sistem lain," pungkas Asman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar