Mitrapolisi/
PANGANDARAN -- Proyek keramba
Jaring Apung Lepas Pantai (KJA offshore) pertama di Indonesia, terealisasikan
di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.
KJA offshore tersebut, nantinya
akan diisi oleh benih ikan kakap putih. Dengan rincian KJA Offshore di Pangandaran
memiliki 8 lubang dan setiap lubangnya akan diisi sekitar 120 ribu ekor benih
ikan.
Gubernur Jawa Barat Ahmad
Heryawan (Aher) mendampingi Presiden RI Joko Widodo, meresmikan KJA Offshore
tersebut di Pangandaran. Ia menyebut, hadirnya KJA merupakan sebuah proses
transfer ilmu, dan transfer teknologi.
"Hari ini kita meresmikan
Keramba Jaring Apung, yang offshore, yang lepas pantai. Ini kita harapkan
menjadi sebuah lompatan kemajuan, sebuah terobosan, ini pertama di
Indonesia," kata Jokowi, di Kawasan Pelabuhan Pangkalan Pendaratan Ikan
Cikidang Pangandaran.
Adapun proyek KJA offshore ini
dibiayai dari APBN 2017 sebesar Rp42 miliar per daerah. Dimana selain di
Pangandaran, proyek serupa direalisasikan di Sabang, dan Karimun Jawa. Anggaran
tersebut digunakan untuk membeli teknologi keramba dan fasilitasnya dari
Norwegia.
Terkait operasional, Jokowi
menyebut bahwa KJA offshore ini, akan melibatkan Koperasi Unit Desa (KUD)
nelayan yang memasok pakan tambahan. Kemudian total jumlah orang yang terlibat
langsung dalam KJA Offshore ini antara 215-250 orang, dan yang tidak langsung
terlibat kurang lebih 220 orang.
"Lihat hasilnya nanti,
penerbaran benih bisa lebih banyak yaitu sekitar 1,2 juta, hasil produksinya
bisa lebih tinggi yaitu 816 ton pertaun, dengan delapan lobang/keramba,"
kata Jokowi.
"Coba bandingkan dengan
keramba jaring apung biasa, yang produksinya hanya 5,4 ton per tahun per unit.
Berlipat berapa coba?" sambungnya.
Maka Jokowi berharap, KJA
Offshore menjadi cikal bakal berlipat gandanya nilai tambah dari budi daya
perikanan Indonesia. Oleh sebab itu, Jokowi pun ingin semakin banyak pihak yang
terlibat dalam KJA offshore ini.
Terkait pemasaran hasil budi
daya ikan nantinya, bisa eksport, kata Jokowi, bisa ke Timur Tengah, Australia,
Jepang. Ekspor ikan masih ada dalam posisi yang baik.
"Negara-negara lain sudah
kehabisan ikan. Tapi kita masih ada peluang untuk meningkatkan produksinya
lagi. Kita harus ingat, bahwa 2/3 negara kita adalah air, 70% negara kita
adalah air, ini kita harus ingat," kata Jokowi.
Menteri Kelautan dan Perikanan,
Susi Pudjiastuti menuturkan, bahwa hadirnya KJA offshore ini, merupakan wujud
dari cita-cita Presiden, yang ingin Indonesia maju kedepan dalam budi daya
aquaculture.
"Di Pangandaran ini, saya
selain aquaculture ini juga mengembangkan Politeknik untuk pendidikan,
research, dan juga membesarkan KJA, juga terkait urusan pakan," kata Susi.
Susi menyebut, akan mengelola
KJA nanti adalah KUD Minasari, Minapadi, dan Minarasa, dari Parigi, Batu Karas,
dan Pangandaran.
Nelayan akan mendapatkan hasil
dari Sisa Hasil usaha (SHU) dari kelola usaha KJA yang dilakukan kerjasama
dengan BUMN, Perindo, dan Perinus.
"Jadi bersama-sama
masyarakat hasilnya untuk dijual disini (dalam negeri), ataupun untuk
ekspor," ungkap Susi.
Susi juga menjelaskan bahwa
dipilihnya ikan kakap putih sebagai bibit yang dikembangkan, adalah untuk
mengembalikan jenis ikan tersebut yang sudah hampir jarang, padahal sebelumnya
kakap putih merupakan salah satu ikan yang paling banyak dicari di Pangandaran.
Selain itu, kakap putih juga
dinilai bisa diolah menjadi berbagai produk ketimbang jenis ikan budidaya
lainnya. Pasar kakap putih pun dilihat lebih luas. Permintaan kakap putih lebih
banyak dari Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Australia.
Tak lupa, Susi memohon kepada
para nelayan, supaya sadar menjaga lingkungan laut Pangandaran.
"Mudah-mudahan cita-cita
Presiden menjadikan poros maritim tercapai, selain penangkapan, juga ada KJA
Offshore, teknologi ini luar biasa," katanya.
Menurut Susi, perlu satu
kekuatan besar baik dari koperasi, kemudian BUMN untuk sinergi. Sebab ini
pekerjaan besar. Kalau KJA Offshore dua tahun berhasil, akan ditambah
keberadaannya di beberapa tempat lagi.
Gubernur Jawa Barat Ahmad
Heryawan mengungkapkan, Jawa Barat secara geografis, memiliki kawasan yang
dikelilingi laut baik di utara dengan laut Jawa, dan selatan dengan Samudera
Hindia. Sehingga Jabar memiliki potensi di bidang perikanan dan kelautan yang
tidak diragukan lagi.
"Potensinya amat sangat
luas, panjang pantai 842,66 km, dan luas laut lebih dari 18.000 km2, serta
secara administratif terdiri dari 11 Kota/Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki
hak pengelolaaan atas sumber daya perikanan dan kelautan di wilayah teritorial 12
mil laut," kata Gubernur Ahmad Heryawan.
Jawa Barat, kata Aher, termasuk
kedalam dua wilayah pengelolaan perikanan, ada Wilayah Pengelolaan Perikanan
Republik Indonesia (WPP) 573 di Samudera Indonesia, dan WPP 712 di laut Jawa
wilayah utara.
"Untuk produksi perikanan
sendiri, pada tahun 2017 tercatat sebesar lebih dari 1,4 juta ton ikan,
produksi perikanan budi daya, dan perikanan tangkap sebesar 265 ribu ton,"
kata Aher.
Sementara kontribusi perikanan
tangkap di Indonesia, Jawa Barat mampu memberikan kontribusi 0,07%.
Kepada masyarakat, Aher berharap
keberadaan KJA lepas pantai dapat diterima dengan penuh rasa syukur, dan
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Aher inginkan, KJA dapat memberi
hasil yang optimal bagi kelestarian sumber daya ikan, dan peningkatan
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, khususnya para nelayan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar