Mitrapolisi/ BANDUNG
– Gubernur Ahmad Heryawan (Aher) menegaskan pihaknya terus berkomitmen
membenahi Badan Usaha Milik daerah (BUMD) Pemprov Jawa Barat. Ke depan
pemerintah daerah harus memiliki orietasi pengawasan dan penyehatan terhadap
BUMD.
“Sejak 2008 kita terus melakukan
pembenahan, sebagiannya sudah berhasil sehat, sebagian lagi masih dalam
penyehatan,” ujar Aher ditemui usai Rapat Kerja Pansus I terkait LKPJ Tahun
Anggaran (TA) 2017 dan Akhir Masa Jabatan Gubernur Jawa Barat 2013-2018 di Ruang
Rapat Banmus Gedung DPRD Provinsi Jawa Barat, Jl. Diponegoro No. 27, Kota
Bandung, Senin (23/4/17).
“Saya kira ke depan kita harus
punya orientasi BUMD ini harus dipantau terus dan disehatkan,
dirasionalkan,” tambahnya.
Selan itu, Aher menambahkan
porsi tenaga kerja di BUMD tertentu terlalu besar. Hal itu menjadi beban bagi
BUMD. Di sisi lain, Pemprov Jawa Barat juga tidak bisa melakukan PHK karena
perlu ada pembiayaan APBD.
“Tadi (rapat kerja) juga mencuat
ke permukaan tentang kebanyakan tenaga kerja pada BUMD-BUMD tertentu. Ini
menjadi beban bagi BUMD,” kata Aher.
DPRD Jabar menilai BUMD harus
bisa memberikan kontribusi lebih pada Pendapatan Asli Daerah (PAD). BUMD tidak
efektif lebih baik digabung atau merger. Ketua Pansus I Laporan Keterangan
Pertanggung Jawaban (LKPJ) TA 2017 dan Akhir Masa Jabatan (AMJ) DPRD Jabar,
Gatot Cahyono menyatakan bahwa pembenahan BUMD akan menjadi “Pekerjaan Rumah
(PR)” untuk Gubernur Jabar 2018-2023.
“BUMD kita faktanya memang ada
yang jalan bagus, setengah bagus, semaput. Sudah sampai ke tingkat seperti itu
dan banyak juga anak perusahaannya yang tidak jalan,” jelas Gatot dalam rapat
kerja.
“Saya kira ini “PR” buat
Gubernur yang akan datang,” pungkasnya.
DPRD Jabar Apresiasi Capaian
Pemprov Jawa Barat
Terkait LKPJ TA 2017, Ketua DPRD
Jabar Ineu Purwadewi Sundari mengapresiasi capaian-capaian yang diraih Pemprov
Jawa Barat di bidang pembangunan infrastruktur dan kemasyarakatan. Seperti
Catur Sukses Penyelenggaraan PON XIX Jabar 2016 dan pembangunan Bandara
Internasional Jawa Barat (BIJB) di Majalengka.
“Di penghujung masa jabatan Gubernur ini,
masyarakat Jawa Barat memperoleh kado terindah, yaitu akan diresmikannya
Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati, Majalengka. Yang Insyaallah
merupakan bandara terbesar kedua setelah Bandara Soekarno-Hatta,” tutur Ineu
dalam rapat kerja.
“Harapannya akan memberikan
pengaruh yang sangat besar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa
Barat,” lanjutnya.
Apresiasi lain juga diberikan
kepada Pemprov Jawa Barat di bawah kepemimpinan Aher. Gubernur asal Kabupaten
Sukabumi ini akan mendapat penghargaan tertinggi dari Presiden RI, Parasamya
Purnakarya Nugraha. Penghargaan akan diberikan Presiden Jokowi pada 25 April
2018 di Jakarta.
“Apresiasi lain di penghujung
kepemimpinan saudara (Gubernur), juga telah diraih penghargaan Parasamya
Purnakarya Nugeraha dari Pemerintah Pusat atas kinerja yang dinilai baik dan
bermanfaat bagi masyarakat Jawa Barat,” ucap Ineu.
“Undangannya sudah kami terima,
Pak Gubernur. DPRD diminta untuk menyaksikan. Insyaallah kami hadir,” imbuhnya.
Sementara itu, terkait LKPJ TA
2017 ada beberapa hal yang menjadi penekanan Pansus I DPRD Jabar. Ketua Pansus
I Gatot Cahyono juga sangat mengapresiasi capaian-capaian yang diraih Pemprov
Jawa Barat. Seluruh indikator ekokomi berjalan baik dan capaian investasi cukup
tinggi.
“Namun, dalam implementasinya
masih ada persoalan kemiskinan yang secara angka masih cukup besar,” tandas
Gatot.
Selain itu, kata Gatot meskipun
masukan investasi PMA dan PMDN cukup besar hingga mencapai Rp 400 Triliun.
Pansus I menilai ketimpangan tenaga kerja masih cukup besar di daerah atau
hampir 8%. Hal lain yang menjadi pertanyaan Pansus I juga terkait penataan aset
PON XIX Jabar 2016.
Menanggapi hal itu, Aher
menjelaskan bahwa pada 2008 angka kemiskinan Jabar di angka 15% lebih. Namun,
capaian angka kemiskinan 7,8% saat ini sangat diapresiasi Pemerintah Pusat.
Jauh lebih rendah dibanding provinsi lain.
“Mudah-mudahan ke depan dengan
e-KTP bisa lebih baik. Karena e-KTP menghadirkan data kependudukan by name by
address. Tidak akan ada double data,” jelas Aher.
Terkait investasi, kata Aher
Penaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang masuk ke
Jabar melalui proyek-proyek padat modal. “Besar modalnya, tenaga kerjanya
kecil. Seperti pabrik ban punya Korea di Karawang, pabriknya 60 hektar tapi
tenaga kerjanya hanya 3.000 orang,” jelasnya.
Hal lain yang menjadi penyebab
ketimpangan tenaga kerja, yaitu penerapan teknologi oleh perusahaan-perusahaan.
Semakin tinggi teknologi yang digunakan perusahaan akan semakin mengurangi
jumlah tenaga kerja.
“Hadir juga modal-modal besar,
sepertinya di sektor hulu. Sektor hulu, kecil penyerapan tenaga kerjanya. Jadi,
yang harus kita pikirkan bersama ke depan bagaimana regulasi pada saat produksi
besar tapi hanya memerlukan tenaga kerja sedikit. Kita harus sambil berpikir
bagaimana membangun sebuah regulasi pembentukan SDM lewat pendidikan, model apa
yang kita harus lakukan ke depan. Ini cukup berat,” papar Aher.
Sementara mengenai fasilitas
PON, hingga saat ini venue-venue PON XIX Jabar didayagunakan dengan baik.
“Fasilitas PON ini yang terpenting didayagunakan dengan baik, tidak nganggur,
tidak mangkrak seperti provinsi penyelenggara PON yang lain,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar