“Dimohon kepada masyarakat untuk
membeli hewan-hewan qurban yang ada kalungnya, yang sudah diberi tanda sehat.
Tentu ini tidak menyeluruh ke seluruh Provinsi Jawa Barat, tapi usahakan yang
ada kalung sehatnya. Tapi manakala layanan kita tidak sampai ke pelosok-pelosok
tertentu, ya kita menghimbau kepada masyarakat untuk melihat secara fisik hewan
tersebut sehat atau tidak sehatnya,” kata Aher usai acara pelepasan.
Aher menuturkan bahwa hewan yang
sehat secara fisik itu memiliki ciri antara lain lincah, tidak ingusan, tidak
panas suhu tubuhnya, tidak sakit mata, tidak dikebiri, tidak ada cacat dalam
tubuhnya seperti telinganya digunting dan lain-lain. "Syarat hewan qurban
menurut Fiqih Islam, sehat dalam arti tidak dikebiri, sudah ompong gigi dua
buah, telinga tidak buntung, mata sehat, dan berbadan sehat," ujar Aher
dalam sambutan saat melepeas Tim Pemeriksan Hewan Qurban Jabar.
Saat ini kesehatan hewan tidak
hanya bisa dicek secara lahiriah saja. Teknologi kedokteran khususnya
kedokteran hewan saat ini bisa lebih jauh meneliti kesehatan hewan, sehingga
bisa meningkatkan pengawasan kita terhadap kesehatan hewan khususnya untuk
dikonsumsi manusia.
"Peran dari para dokter dan
pemeriksa amat sangat penting untuk menjamin bahwa masyarakat Jawa Barat hanya
mengkonsumsi hewan qurban yang sehat. Yang terpenting adalah menghindari
penyakit yang berbahaya bagi manusia apabila dikonsumsi," ujar Aher.
Pada kesempatan ini, secara
simbolis Gubernur Aher menyerahkan alat pemeriksa hewan kepada Tim Pemeriksa
Hewan Qurban dari Provinsi Jawa Barat, Kota Cimahi, Kota Bandung, Kabupaten
Bandung, Kabupaten Subang, dan Tim Pemeriksa Kabupaten Bandung Barat. Total
anggota tim yang bertugas dalam pemeriksaan mencapai 600 sampai 800 orang di
seluruh Jawa Barat.
Anggota Tim Pemeriksa Hewan
Qurban yang dilepas kali terdiri dari 50 orang petugas pemeriksa hewan qurban
Provinsi Jawa Barat, 70 orang petugas Dinas Peternakan atau yang menangani
fungsi kesehatan hewan di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung
Barat, Kabupaten Subang, dan Kota Cimahi, 15 orang anggota tim Perhimpunan
Dokter Hewan Jabar 1, 60 orang mahasiswa PSKH Unpad beserta dosen, dan 5 orang
dari Dewan Kemakmuran Masjid (DKM).
Selain itu, Kepala Dinas
Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat Dewi Sartika mengatakan pihaknya
juga melakukan pelatihan kepada masyarakat, seperti petugas DKM. Pelatihan juga
dilakukan oleh beberapa dinas terkait di kabupaten/kota.
“Kemudian ada juga yang memang
dilatih, karena kita pada tahun ini ada 200 orang yang dilatih itu adalah yang
dilatih di balai tapi juga ada yang sudah dilatih. Misalnya di ITB karena
mereka juga punya kegiatan seperti itu (penyembelihan hewan qurban). Ada juga
di beberapa kabupaten atau kota yang sudah dilatih. Ada yang dari DKM, ada yang
dari masjid-masjid, ada juga yang dari masyarakat, ada yang dari dokter hewan
sendiri," jelas Dewi.
Pada kesempatan ini, Dewi juga
meminta masyarakat harus berhati-hati terhadap penyakit hewan yang dapat
menular pada manusia, seperti Antraks.
“Kita tetap harus waspada
terhadap penyakit-penyakit hewan yang menular pada manusia antara lain adalah Antraks,
ada juga Brucellosis. Kalau pada burung juga kan ada Afiani Fluensa tapi kan
kita tidak pada burung. Termasuk juga Rabies tapi kan itu pada anjing, tapi ini
adalah penyakit-penyakit hewan yang menular kepada manusia yang selalu kita
pantau. Bagaimana kita memberikan kelayakan dan keamanan khusunya adalah bagi
hewan qurban ini," papar Dewi.
Namun, secara umum Dewi
menjelaskan kondisi kesehatan hewan qurban di Jawa Barat baik. Tidak ada
penyakit menular yang harus dikhawatirkan setiap tahun dan pihak Dinas
Ketahanan Pangan dan Peternakan Jabar pun terus bekerja menjamin kesehatan
hewan tersebut.
"Ditambah dengan selalu kita
melakukan sosialisasi kepada masyarakat, supaya membeli hewan-hewan qurban
berlabel sehat," tambah Dewi.
Lebih lanjut, Dewi mengungkapkan
ketersediaan dan permintaan hewan qurban di Jawa Barat cukup tinggi. Karena
tingginya permintaan hewan ternak ini maka banyak hewan yang didatangkan dari
Jawa Timur, Jawa Tengah, dan NTB. Hewan-hewan dari luar daerah Jabar akan
diperiksa di cek point pemeriksaan seperti di Banjar, Gunung Sindur, dan
Losari. Pemeriksaan dilakukan oleh tim pemeriksa hewan kurban dengan pengawasan
sangat ketat.
Angka estimasi ketersediaan hewan
kurban di Jawa Barat sekitar 806.000 ekor. Untuk hewan ternak 100.000 ekor,
sapinya 115.000-116.000 ribu ekor, kerbau 3.200 ekor, ternak domba 600.000
ekor, dan kambing 91.000 sampai 92.000 ekor.
“Pasokan hewan qurban ada
kenaikan, setiap tahun lima sampai sepuluh persen kenaikannya. Dan kita juga banyak
dipasok oleh Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, dan sebagainya. Memang kalau jumlah
populasi untuk domba di Jawa Barat populasi tertinggi di seluruh Indonesia.
Jadi kalau ternak domba itu relatif dari Jawa Barat," pungkas Dewi. (sasa)*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar