Adapun bencana tersebut telah
menelan korban jiwa sebanyak 11 orang, 4 orang hilang atau belum ditemukan, 38.820
orang luka, dan mengungsi sebanyak 1.268 orang. Sedangkan kerusakan fisik
berupa rumah, mulai dari kerusakan ringan hingga berat jumlahnya sebanyak 7.995
rumah, dengan kerugian diperkirakan mencapai 18 miliar rupiah.
Berangkat dari hal-hal tersebut,
Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengajak masyarakat untuk senantiasa
meningkatkan kewaspadaan serta kesiapsiagaan terhadap segala kemungkinan
bencana yang bisa terjadi.
"Mengingat terjadinya
bencana yang disebabkan oleh faktor alam atau non-alam merupakan peristiwa yang
sulit untuk diperkirakan secara tepat dan pasti, maka kita harus tingkatkan
kesiapsiagaan, terutama bagi yang tinggal di daerah rawan bencana," Ungkap
Deddy Mizwar pada acara Halal Bihalal Potensi SAR Lintas Komunitas, di Mako Brimob
Resimen II Pelopor Kedung Halang Bogor, Minggu (13/08/2017).
Kesiapsiagaan, Kata Deddy, harus
dilakukan dengan terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh, mulai dari
tahap pra-bencana, pada saat terjadi bencana, sampai dengan pasca-bencana,
termasuk dengan menambah dan memperkuat kampung-kampung Siaga Bencana, sehingga
dampak risiko dapat diminimalisir.
"Dengan demikian,
kesiapsiagaan terkait sumber daya dan peralatan menjadi sebuah keniscayaan,
agar kita semua dapat memberikan respon secara cepat dan tepat," Sambung
Deddy.
Terutama, sambungnya, pada masa
tanggap darurat atau 72 jam pertama yang meliputi pendataan secara cepat dan
tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumber daya, penentuan status keadaan
darurat bencana, penyelamatan dan evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan kepada kelompok rentan, serta upaya pemulihan prasarana dan sarana
vital.
Maka selain peningkatan upaya
kesiapsiagan, kepedulian terhadap lingkungan pun perlu terus disosialisasikan.
Terlebih kata Deddy, bila melihat Jawa Barat sebagai provinsi yang punya
potensi tinggi untuk terjadinya bencana.
“Dari 135 pergerakan tanah yang
terjadi di Indonesia, 111 diantaranya terjadi di Jawa Barat,” Ungkapnya.
Oleh karnanya Deddy menuturkan,
mengingat pula semakin bertambahnya jumlah penduduk, serta pembangunan yang
pesat. Maka pembangunan yang ada perlu memperhatikan daya dukung lingkungan.
Deddy menambahkan, daya dukung
lingkungan ditentukan oleh kapasitas alam dalam menyediakan sumber daya, dan
ruang bagi kelangsungan hidup manusia serta makhluk lainnya, sehingga
diperlukan kelestarian alam untuk menjaganya.
Karenanya ujar Deddy, dengan
tingginya potensi bencana alam di Jawa Barat, ditambah dengan pertumbuhan penduduk serta pembangunan yang pesat, maka
menjaga alam demi terbentuknya daya dukung lingkungan yang baik, perlu
diusahakan semua pihak. Sehingga potensi terjadinya bencana akibat efek
pembangunan dapat setidaknya diminimalisir.
"Sudah daerah bencana
tinggi, kita jangan mengabaikan daya dukung lingkungannya," ujar Deddy.. (sasa)*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar