Piagam Penghargaan diberikan
langsung Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) di Aula Barat Gedung Sate
Jl. Diponegoro No. 22, Kota Bandung, Rabu sore (16/8/17). Hadir mendampingi,
istri yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Jawa Barat, Netty Prasetiyani Heryawan.
Dalam sambutannya Aher mengungkapkan bahwa para teladan atau orang berprestasi
penting kehadirannya di tengah masyarakat.
Mereka bisa jadi contoh atau
rujukan di bidangnya masing-masing. “Para teladan sangat perlu hadir di
tengah-tengah masyarakat untuk menjadi rujukan, untuk menjadi energi positif di
bidang masing-masing,” ujar Aher.
“Kita ingin mengajarkan kebaikan.
Kemudian ketika kita ingin memantapkan pengajaran tentang kebaikan, maka
contoh-contoh itulah yang kemudian menjadi kebaikan-kebaikan yang hidup,
kebaikan-kebaikan nyata. Oleh karena itulah, saya ingin apresiasi bahwa
bapak/ibu sekalian semua para teladan adalah contoh-contoh hidup untuk
memberikan nilai positif bagi masyarakat Jawa Barat. Itulah fungsi para
teladan,” lanjutnya.
Kriteria dan penilaian para
teladan ini ditentukan oleh instansi atau OPD terkait yang ada di lingkungan
Pemprov Jawa Barat. Seperti Pekerja Teladan kriteria dan tim penilainya
ditentukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, atau Dokter, Perawat, dan
Bidan Teladan penentuannya dilakukan oleh Dinas Kesehatan.
“Ada cara dan kriteria
masing-masing. Insya Allah sangat independen dan sangat tidak memihak atau
netral. Insya Allah objektif, tidak ada subjektifitas,” tutur Aher usai acara.
Ada 44 teladan/berprestasi yang
diberikan pada tahun ini. Diantaranya: Pekerja Teladan (6 orang); Dokter
Teladan (2); Perawat Teladan (2); Bidan Teladan (2); Tenaga Kesehatan
Lingkungan (2); Tenaga Promosi Kesehatan (2); Nutrisionis Teladan (2); Tenaga
Teknis Kefarmasian (2); Karang Taruna Berprestasi (3); Tenaga Kesejahteraan
Sosial Kecamatan Teladan (3); Pekerja Sosial Masyarakat Berprestasi (3);
Sekolah Sehat Tingkat TK, SD, SMP, SMA/SMK (4); Instruktur Kursus Tata Rias
Pengantin (1); Instruktur Kursus Tata Busana (1), Instruktur Kursus Tata
Kecantikan Rambut (1); Instruktur Kursus Otomotif (1); Instruktur Kursus
Komputer (1); Pengelola Lembaga Kursus dan Pelatihan (1); Guru Paud Teladan
(1); Penilik Apresiasi GTK Paud dan Dikmas (1); Pengelola Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (2); dan Pengelola Taman Bacaan Masyarakat (2).
Selan itu, ada juga Tutor Paket A
Berprestasi (2); Tutor Paket B Berprestasi (1); Tutor Paket C Berprestasi (1);
Tutor dan Warga Belajar Paket B (1); Tutor dan Warga Belajar Keaksaraan
Fungsional (1); Kepala Sanggar Kegiatan Belajar (1); Pengelola KB/TPA/SPS (1);
Lembaga Kursus dan Pelatihan Mahardika (1); Lembaga Kursus dan Pelatihan
Sangkuriang (1); Lembaga Kursus dan Pelatihan Mekar Sari (1); Lembaga Kursus
dan Pelatihan English First (1); Pemenang Lomba Tata Kecantikan Kulit(1);
Pemenang Lomba Tata Rias Pengantin (1); Pemenang Lomba Akuntansi (1); Pemenang
Lomba Hantaran Apresiasi Peserta Dididk (1); Pemenang Lomba Komputer (1);
Pemenang Lomba Tata Boga (1); Mentor Anugerah Prahita Ekapraya (APE) (1);
Pamong Belajar SKB (1); Organisasi Sosial Berprestasi (3); Tutor Pendidikan
Keaksaraan (1); serta Keluarga Sakinah Teladan (1 pasang).
Selain Piagam Penghargaan, para
teladan ini juga mendapat hadiah berupa Paket Data Internet 30 GB, serta T-CASH
Rp 50 ribu.
44 Tahun Usia Pernikahan, Pasutri
Ini Berpredikat Keluarga Sakinah Teladan
Pasangan suami dan istri
(pasutri), Lies Nurhayati dan Prasetyo asal Kota Bandung meraih penghargaan
sebagai Keluarga Sakinah Teladan Tingkat Provinsi Jawa Barat tahun 2017. Usia
pernikahan pasangan ini sudah 44 tahun dan telah dianugerahi tiga orang anak
dan tiga orang cucu.
Ditemui usai acara Pemberian
Piagam Penghargaan Pemerintah Provinsi Jawa Barat kepada Masyarakat
Berprestasi/Teladan Tahun 2017 di Gedung Sate, Jl. Diponegoro No. 22, Kota
Bandung, Rabu petang (16/8/17), Lies dan Prasetyo mengaku dari awal menikah
hingga saat ini mereka berkomiten untuk menikah hanya sekali seumur hidup.
Lies mengatakan dalam pernikahan
mereka memang selalu ada riak-riak atau masalah yang mendera dalam umah
tangganya. Namun, mereka selalu menyikapinya dengan bijak dan saling mengalah.
“Kalau kita marah atau ada masalah, misalnya bapak (Prasetyo) sedang emosi, saya (Lies) diam. Nanti kalau
dua-duanya sudah tenang kita bisa bicarakan baik-baik,” kata Lies.
“Kita gantian kalau marah. Kalau
dua-duanya marah, emosi ya malah rame kan,” timbal Prasetyo.
Pasangan Keluarga Sakinah Teladan
ini memang pernah menjuarai Lomba Keluarga Sakinah atau Teladan Tingkkat RW,
Tingkat Kelurahan, Tingkat Kecamatan, hingga Tingkat Kota Bandung. Tidak mudah
mengikuti lomba ini. Menurut pengalaman Prasetyo, lomba ini melibatkan juga
keluarga hingga masyarakat di sekitar
rumahnya. Pihak keluarga dan tetangga pun dimintai informasi oleh pihak panitia
lomba tentang Keluarga Lies dan Prasetyo.
Tak hanya itu, ketika penjurian
pun pengalaman dalam berorganisasi, pengetahuan umum, hingga wawasan kebangsaan
dan Pancasila, serta Undang-Undang atau Hukum tentang Perkawinan menjadi materi
penilaian ketika mereka awal ikut Lomba Keluarga Teladan di tingkat RW,
Kelurahan, dan Kecamatan.
"Kebetulan yang ikut lomba
ini harus yang aktif di masyarakat. Karena saya pernah sebagai Ketua PKK di RW
tempat saya tinggal," ujar Lies.
"Kalau saya pernah jadi
Ketua RT, Ketua RW, sekarang jadi Ketua DKM. Megang yayasan juga yang membawahi
TK (Taman Kanak-Kanak)," tambah Prasetyo.
Awal mengikuti Lomba Keluarga
Teladan ini, Lies dan Prasetyo bercerita bahwa mereka sempat dibohongi oleh
pihak Keluarahan. Mereka memang tidak ingin berpartisipasi dalam lomba. Tapi
karena akal-akalan sang Lurah, waktu itu Lies dan Prasetyo diundang mengikuti
pembinaan keluarga di kelurahan. Padahal, pembinaan tersebut adalah bagian dari
penilaian peserta Lomba Keluarga Teladan.
"Waktu itu memang ada
pembinaan tapi ada meja-meja gituh buat wawancara, dan tanpa kami sadari.
Setelah diumumkan pemenangnya. Dan kebetulan juara satu kami ini," kisah
Lies dan Prasetyo.
Sebagai Keluarga Sakinah Teladan,
Prasetyo mengungkapkan ada tiga hal yang selalu dia ajarkan kepada anak-anak
dan cucunya. Yaitu agama, kejujuran, dan kesederhanaan. Selain itu, komunikasi
dan candaan pun menjadi bumbu dalam keluarga agar lebih memperat tali kasih
sayang diantara keluarga mereka.
"Sebetulnya mendidik anak
tiga kuncinya. Landasan agama, mereka (anak-anak) harus taqwa. Yang kedua,
harus mau hidup jujur. Yang ketiga berpenampilan sederhana. Tiga itu
saja," ucap pria Purnawirawan TNI AU dari Husein Sastranegara Bandung ini.
Meskipun memiliki Ayah dengan
pensiunan Kolonel Teknik pada 2004 lalu, anak-anak Prasetyo tidak pernah merasa
sombong dan mengusung dada bahwa Ayahnya seorang TNI. Keluarga Prasetyo seperti
masyarakat biasa dan tidak pernah menjadikan aji mumpung karena memiliki Ayah
seorang anggita TNI.
"Anak saya tidak pernah
merasa bapaknya TNI. Biasa saja, berpenampilan biasa seperti masyarakat. Ga
pernah gagah- gagahan gituh, ngga," tutur Prasetyo.
Lies dan Prasetyo mempunyai pesan
agar seluruh keluarga di Jawa Barat mempunyai landasan iman yang kuat. Prasetyo
menekankan kita jangan sampai terpengaruh oleh hal negatif dari teknologi,
seperti smartphone dan media sosial. Sementara dalam hidup bermasyarakat,
menurut Prasetyo gotong royong masih tetap perlu dikedepankan.
"Pertama, landasan iman
harus kuat. Terus jangan terpengaruh sama teknologi dan ini (smartphone).
Soalnya ini handphone yang Android sekarang ini ada WA (Whatsapp) kan. Ada
kejadian sedikit dimasukan (ke media sosial). Disebarin kemana-mana, masalah
kecil – kayak selokan mampet difoto terus disebarkan. Padahal mampet gituh udah
sendiri aja atau kerjain bareng-bareng. Jangan masalah kecil
digede-gedein," pungkasnya. (sasa)*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar