Di hadapan 3.975 mahasiswa baru
IPB Tahun Akademik 2017-2018, Aher memberikan dorongan dan motivasi agar
mahasiswa IPB menjadi motor penggerak dan penentu kebijakan pangan Indonesia.
Pangan adalah hal superesensial di dunia. Tanpa pangan tidak akan ada kehidupan
di bumi ini.
"Pangan itu superesensial.
Manusia tidak akan pernah mungkin hidup tanpa pangan. Ada tiga krisis yang
dikhawatirkan dunia, krisis air, pangan, dan energi. Krisis energi tidak
langsung terkait dengan nyawa manusia. Tapi krisis air dan krisis pangan
lansung menyangkut nyawa manusia," kata Aher dalam paparannya bertema
Dinamika Kehidupan di Jawa Barat.
Untuk itu, di hadapan Rektor IPB
Herry Suhardiyanto dan seluruh Civitas Akademika IPB, Aher mengajak untuk
menjaga pangan dengan melestarikan lingkungan alam. Karena seluruh pasokan
kebutuhan hidup di bumi berasal dari alam. Aher mendorong agar IPB mempunyai
peran dan tanggung jawab dalam menentukan ketersediaan pangan tersebut.
"Bung Karno pernah
mengatakan -- pada saat peresmian IPB Tahun 1963, bahwa soal pangan dan
pertanian adalah soal hidup dan matinya bangsa Indonesia. Jadi, dengan demikian
IPB berarti bertanggung jawab ke depan untuk urusan hidup mati bangsa
Indonesia," ungkap Aher.
Aher pun berharap agar lulusan
IPB menjadi orang-orang hebat dalam urusan pangan. "Kalau Amerika Serikat
menyatakan diri sebagai negara super power dalam kekuatan bersenjata. Mari kita
hadirkan bangsa kita bangsa yang cinta damai, bangsa yang cinta hidup harmonis
dan berdampingan. Mari kita hadirkan Indonesia ke depan dengan kekuatan IPB dan
kekuatan anak bangsa yang lain Indonesia menjadi super power pangan," ajak
Aher.
Pada kesempatan ini, Aher juga
sempat menyinggung soal kebijakan impor terhadap beberapa komoditas pangan yang
dilakukan Indonesia. Menurut Aher, hal tersebut terjadi karena kurangnya
keberpihakan dan fokus terhadap petani dan produk pangan dalam negeri. Oleh
karena itu, Aher ingin agar IPB memiliki peran nyata dalam menentukan kebijakan
pangan nasional.
"Pangan kita masih kurang,
beras mudah-mudahan sudah tidak impor. Tapi pangan-pangan yang lain ternyata
masih banyak yang impor. Ini urusannya urusan keberpihakan, urusannnya urusan
fokus. Oleh karena itulah, disamping IPB harus menyiapkan SDM untuk ketahanan
pangan, pada saat yang bersamaan IPB harus menghadirkan konsep-konsep bernegara
yang mempengaruhi kebijakan bernegara tentang pangan, pengaruhnya berasal dari
Institut Pertanian Bogor," tutur Aher.
"Jadi, 80 persen keputusan
pangan itu adalah konsep dari IPB. Sebab inilah kampus pertanian dan segala
yang bidang yang mengikutinya yang terbesar di negeri kita. Mari kita hadirkan
kebaikan di sektor pangan, pertanian. Supaya Indonesia ke depan aman, sebab
negara yang aman ke depan adalah negara yang punya keamanan pangan,"
pungkasnya. (sasa)*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar